WAHANANEWS.CO, Jakarta - Banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada Jumat (28/11/2025) memicu kerusakan besar pada infrastruktur energi, terutama robohnya puluhan tower transmisi yang memutus aliran listrik di banyak wilayah dan menyebabkan beberapa kecamatan terisolasi.
PLN merespons situasi kritis ini dengan mengerahkan langkah darurat berskala besar, yakni pengiriman tujuh unit tower emergency menggunakan dua pesawat Hercules, sebuah operasi logistik udara yang menjadi penentu percepatan pemulihan jaringan.
Baca Juga:
Kolaborasi Lintas Instansi, PLN Kebut Pemulihan Kelistrikan Aceh
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa proses penguatan sistem dilakukan dalam kondisi medan yang sepenuhnya terputus dan menuntut mobilisasi personel hingga peralatan berat melalui jalur udara.
“Kami langsung mengirim 7 unit tower emergency yang diangkut dengan 2 pesawat Hercules ke Aceh. Namun karena transportasi darat masih terputus total di banyak titik, pengangkutan material tower ke lokasi yang dibutuhkan akan dilakukan menggunakan helikopter. Proses pengangkutan material ini diperkirakan memakan waktu 2 hingga 2,5 hari,” ujar Darmawan, dikutip Minggu (30/11/2025).
Operasi ini menjadi ujung tombak pemulihan mengingat lokasi tower roboh berada di area yang hanya dapat dijangkau melalui helikopter, sebuah tantangan yang membuat pengerjaan konstruksi darurat menjadi lebih kompleks dibanding situasi bencana sebelumnya.
Baca Juga:
PLN Angkut Tower Darurat untuk Pemulihan Aceh Pakai Hercules dan Helikopter
Pemulihan kelistrikan ditargetkan berlangsung bertahap dalam 4–5 hari, dibantu oleh tim PDKB serta personel yang dikerahkan dari provinsi sekitar untuk memecah hambatan akses dan mempercepat pembangunan kembali jalur transmisi.
Sementara itu, pemerintah pusat melalui Basarnas, TNI AU, Polairud, dan instansi lain tetap melakukan evakuasi udara untuk menembus kantong-kantong wilayah yang belum dapat dijangkau, selaras dengan perintah Presiden Prabowo Subianto agar seluruh lembaga negara bergerak all-out tanpa ada daerah yang terlambat menerima bantuan.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]