WahanaNews.co | Saat ini pemerintah tengah mendorong percepatan transisi dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.
Selain mendorong sektor pemerintahan menggunakan kendaraan listrik, upaya ini juga perlu dibarengi dengan pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang memadai.
Baca Juga:
Semangat Sumpah Pemuda, PLN Ajak Gen-B Dukung Penggunaan Transportasi Hijau
PT (PLN) Persero sebelumnya juga mengungkapkan, pihaknya saat ini membuka peluang kerja sama bagi siapapun yang ingin berinvestasi SPKLU. Hal ini juga tertuang dalam website layanan.pln.co.id/partnership-spklu untuk memudahkan investor yang ingin mendaftar untuk membuat SPKLU.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN mengungkapkan, skema franchise atau kemitraan SPKLU. Saat ini 150 SPKLU PLN telah beroperasi dan melayani para pengguna kendaraan listrik.
Tercatat, sudah ada 48 calon mitra yang berminat mengembangkan SPKLU. Sementara itu, catatan kementerian ESDM di tahun 2021, terdapat 572 unit SPKLU, sementara di tahun 2025 ditargetkan terbangun 6.318 unit, dan di tahun 2030 ditargetkan 31.859 unit SPKLU terbangun.
Baca Juga:
Wujudkan Semangat Hari Sumpah Pemuda, PLN UID Jakarta Raya Gelar Entity Gathering
"Kami punya strategi membuat perkembangan jumlah SPKLU dan SPBKLU akan menjamur. Kami lakukan franchising, kolaborasi dengan para pemilik area strategis. Kami melakukan approach ke kantor-kantor, kafe, restoran hingga ke mal-mal yang memang memiliki lokasi aset strategis. Kami mengajak semua pihak untuk berkolaborasi," ujar Darmawan di Jakarta, Selasa (11/10/2022).
Kepala Pusat Keunggulan PLN, Zainal Arifin mengatakan, biaya investasi untuk mebangun unit SPKLU beragam. Diantaranya, Slow Charging dengan perkiraan waktu pengisian 8 jam, Medium Charging 4 jam, Fast Charging 30 menit, dan Ultrafast Charging 15 menit.
“Untuk fast charging, masih mahal ya, diatas Rp 500- Rp 700 juta. Kalau yang slow dan medium sekitar Rp 25 hingga 50 juta masih dapat. Ya tergantung variannya,” ujar Zainal.