WahanaNews.co | Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, ekspor Indonesia pada Juni 2023 mencapai USD 20,61 miliar atau turun sebesar 5,08 persen
dibanding Mei 2023 (month on month/MoM) dan turun 21,18 persen dari Juni 2022 (year-on-year/ YoY).
Ekspor migas dan nonmigas juga mengalami penurunan dengan masing-masing sebesar 3,64
persen (MoM) dan 5,17 persen (MoM).
Baca Juga:
Kunjungi Bandara Soetta, Mendag Tinjau Implementasi Perubahan Permendag Impor
Pelemahan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor di Juni 2023. Sektor pertambangan menjadi sektor yang mengalami penurunan terdalam sebesar 15,30 persen (MoM), disusul sektor pertanian sebesar 7,89 persen (MoM), dan sektor industri pengolahan 2,24 persen (MoM).
Penurunan ekspor disebabkan turunnya harga beberapa komoditas unggulan Indonesia di pasar global, di antaranya batu bara (turun 6,78 persen), CPO (turun 3,90 persen), karet (turun 1,52 persen), aluminium (turun 1,58 persen), dan nikel (turun 1,19 persen).
Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami penurunan terdalam pada Juni 2023 antara lain logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) turun 41,41 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) turun 41,33 persen; bijih, terak, dan abu logam (HS 26) turun 34,64 persen;
pulp dari kayu (HS 47) turun 26,31 persen; serta tembaga dan barang daripadanya (HS 74) yang turun 21,28 persen MoM.
Baca Juga:
Tinjau RPHU Rawa Kepiting, Mendag Ajak Pelaku Usaha Penuhi Standar Potong Hewan Unggas
Di tengah pelemahan ekspor bulan Juni 2023, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan, di antaranya bahan kimia anorganik (HS 28) yang naik 61,58 persen, lemak dan minyak hewani/ nabati (HS 15) naik 43,68 persen, ampas/sisa industri makanan (HS 23) naik 41,90 persen, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) naik 11,65 persen, serta besi dan baja (HS 72) naik 7,36 persen MoM.
Menurut Mendag Zulkifli Hasan, ekspor nonmigas Indonesia pada Juni 2023 menunjukkan penurunan pada sebagian besar negara mitra dagang utama.
Kontraksi ekspor nonmigas Indonesia
terdalam secara bulanan (MoM) terjadi ke Inggris (yang turun 43,76 persen), Jerman (turun 40,79 persen), Turki (turun 21,86 persen), Thailand (turun 21,38 persen), serta Belgia (turun 20,26 persen).
Kondisi ini sejalan dengan tren permintaan dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia
yang menurun terhadap pasar global.
Berdasarkan data Tradingeconomics (Juli 2023), tren impor Tiongkok periode Januari 2022-Juni 2023 menunjukkan penurunan sebesar 0,43 persen; kemudian India turun 0,56 persen; Pakistan turun 0,55 persen; Vietnam turun 0,70 persen; dan
Korea Selatan turun 1,25 persen.
Ditinjau dari kawasan, pelemahan ekspor terbesar terjadi ke beberapa kawasan seperti Eropa Utara yang turun 45,11 persen, Eropa Timur turun 44,31 persen, dan Karibia turun 21,49 persen (MoM).
Di tengah pelemahan ekspor Indonesia ke mayoritas kawasan, beberapa kawasan tujuan ekspor justru mengalami pertumbuhan signifikan, di antaranya Asia Tengah yang naik 139,17 persen, Afrika Selatan naik 115,01 persen, Amerika Tengah naik 81,54 persen, Asia Selatan naik 13,42 persen, dan Asia Barat naik 11,35 persen (MoM).
“Hal ini menunjukkan pasar nontradisional merupakan pasar yang potensial bagi perluasan dan
pengembangan ekspor nonmigas Indonesia di tengah pelambatan perekonomian global,” papar Mendag.
Secara kumulatif, ekspor selama Semester I 2023 mencapai USD 128,66 miliar atau turun 8,86 persen dari tahun lalu yaitu sebesar USD 141,17 miliar (YoY).
Penurunan nilai ekspor tersebut
didorong oleh melemahnya ekspor migas sebesar 1,28 persen YoY dan ekspor nonmigas sebesar 9,32 persen YoY. [jp/jup]