WahanaNews.co, Jakarta - Pemerintah menegaskan bahwa target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada tahun 2029 mendatang harus berjalan beriringan dengan komitmen untuk menurunkan emisi karbon. Hal ini disampaikan Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, dalam keterangannya di Jakarta.
Hashim menegaskan, percepatan pertumbuhan ekonomi akan secara otomatis meningkatkan emisi karbon, sehingga diperlukan strategi yang jelas agar pembangunan tidak menimbulkan beban lingkungan.
Baca Juga:
Menperin: Platform GISCO Percepat Transformasi Industri Hijau
“Pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029 mendatang pasti akan menghasilkan emisi karbon lebih banyak. Oleh karena itu, kita membutuhkan upaya serius dalam menurunkan emisi karbon. Peningkatan pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan komitmen penurunan emisi karbon, bukan sebaliknya,” ungkapnya.
Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk membuktikan bahwa pembangunan ekonomi hijau bisa menjadi motor pertumbuhan. Dengan mengintegrasikan investasi energi bersih, efisiensi industri, dan teknologi rendah karbon, Hashim optimistis target tersebut dapat dicapai.
Senada dengan hal itu, Menteri Perindustrian menekankan pentingnya sinergi antara strategi pertumbuhan ekonomi dan kebijakan lingkungan. “Kami sependapat dengan Pak Hashim bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh dipertentangkan dengan upaya penurunan emisi karbon atau gas rumah kaca di sektor industri. Justru sebaliknya, keduanya harus berjalan seiring,” ujarnya.
Baca Juga:
Kemenperin Inisiasi Proyek Percontohan Teknologi Pendukung NZE
Menperin menjelaskan, sektor industri merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi karbon di tanah air. “Industri menyumbang sekitar 30 persen dari total emisi CO2 di Indonesia. Maka dari itu, upaya menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor industri tidak hanya penting bagi keberlanjutan lingkungan, tetapi juga akan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029,” ujarnya.
Menperin menambahkan, industri manufaktur dalam negeri kini berada pada titik krusial dalam menghadapi tuntutan global yang semakin besar, khususnya terkait upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dan bertransisi menuju energi bersih. Langkah percepatan transformasi industri hijau menjadi kebutuhan yang mendesak untuk menjaga daya saing nasional di tengah tren ekonomi hijau global.
“Kami selalu menyampaikan bahwa upaya untuk melakukan transformasi industri hijau itu tidak boleh dianggap sebagai cost, tetapi itu sebuah investasi. Oleh karena itu, negara wajib hadir, karena upaya ini sejalan dengan visi Asta Cita Bapak Presiden,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada The 2nd Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Jakarta, Rabu (20/8).