WahanaNews.co | Para pakar pertanian negara G20 merekomendasikan intervensi teknologi dalam pengelolaan sektor pertanian ke depan, guna mendukung upaya ketahanan global dan nasional.
Chair of Meetings of Agricultural Chief Scientist (MACS) G20 Fadjry Djufry dalam keterangan pers dikutip di Jakarta, Selasa, mengatakan pemanfaatan teknologi untuk mendukung kinerja sektor pertanian di belahan dunia menjadi salah satu butir komunike dari pertemuan para ahli di bidang agrikultur.
Baca Juga:
Sherpa G20 Indonesia Pimpin Perundingan Sebagai Perjalanan Akhir Presidensi G20 Brasil
"Kita harapkan beberapa komunike itu bisa membawa apa yang kita inginkan, permintaan Indonesia, intervensi seperti apa di sektor teknologi dari negara maju," katanya.
Dia menambahkan, penggunaan teknologi di sektor pertanian mampu mendukung upaya ketahanan pangan, baik di level domestik maupun global. Indonesia misalnya, berhasil mengamankan kebutuhan beras dalam tiga tahun terakhir juga didukung oleh pemanfaatan teknologi.
"Jadi bisa dibayangkan kalau tidak ada intervensi teknologi, tidak mungkin kita bisa swasembada," kata Fadjry.
Baca Juga:
Menkeu Lakukan Diskusi Strategis tentang Pembiayaan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan
Lebih lanjut, dia melanjutkan, draf komunike dari MACS G20 sedianya telah disusun dan disiapkan. Keputusan bulat mengenai poin-poin yang ada di dalam komunike itu akan ditentukan pada Rabu (6/7).
Pada pertemuan para ahli dari negara anggota G20, negara tamu, dan beberapa lembaga internasional, membahas empat isu prioritas pertanian global yang diajukan oleh Indonesia, yaitu kebijakan ketahanan pangan pascapandemi covid-19; pertanian pertanian tangguh iklim (climate ressilient agriculture); food loss and waste (FLW); dan pertanian dan ketertelusuran digital.
Nantinya, komunike tersebut akan diserahkan kepada menteri pertanian G20 dalam forum Agriculture Working Group (AWG) yang berlangsung pada September 2022. MACS G20 kali ini mengusung tema Sustainable intensification to meet food security and environmental objectives.