WahanaNews.co | Kesenjangan gender di sektor pertanian bukan cuma melemahkan struktur pangan, namun juga menciptakan kerugian ekonomi. Menurut Organisasi Pangan Dunia (FAO), keterlibatan perempuan yang setara dalam produksi dan distribusi pangan akan menciptakan keuntungan senilai USD 1 triliun.
Riset terbaru oleh FAO membarui studi serupa pada 2011. Hingga kini pun, perempuan masih menempati "posisi marjinal dalam sistem pangan," lapor badan PBB tersebut.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Perempuan harus "bekerja di bawah kondisi yang sering kali lebih sulit ketimbang laki-laki. Mereka cenderung menjalani pekerjaan informal, paruh waktu atau pekerjaan kasar."
Melansir detikcom, di banyak negara Afrika Sub-Sahara atau Asia Tenggara, kaum perempuan mewakili lebih dari separuh tenaga kerja di sektor pertanian dan makanan. Tapi hanya segelintir yang punya lahan atau mampu mengakses kredit dan teknologi agrikultur.
"Jumlah laki-laki yang memiliki lahan atau mendapat jaminan atas lahan pertanian mencapai dua kali lipat ketimbang perempuan," di hampir 40 persen negara di dunia, tulis FAO.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
Lantaran minimnya sumber daya dan informasi, "kapasitas perempuan untuk beradaptasi atau memitigasi krisis iklim yang lebih lemah."
Diperlukan keberpihakan negara
Pada tahun pertama pandemi Covid-19, "sebanyak 22 persen perempuan di dunia menghadapi pemecatan" di industri pangan dan pertanian, dibandingkan hanya dua persen pada laki-laki.