WahanaNews.co | Pemerintah Sulawesi Tengah mendorong petani di provinsi itu untuk memproduksi pupuk organik sendiri, sebagai salah sarana alternatif pertanian guna menekan ketergantungan penggunaan bahan kimia.
"Saat ini terjadi pergolakan harga sejumlah jenis sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng Nelson Metubun di Palu, belum lama ini, dilansir dari Antara.
Baca Juga:
TMMD di Kukar Tingkatkan Produksi Padi Sawah 196,9 Hektare di Kerta Buana
Ia menjelaskan, saat ini sebagian besar petani bergantung pada pupuk berbahan kimia dalam meningkatkan produksi pertanian, padahal ada alternatif lain yang lebih hemat berbahan dasar alami.
Oleh karena itu, guna mengantisipasi pergolakan harga pupuk akibat kondisi global, maka petani diharapkan mampu menciptakan inovasi penggunaan bahan organik atau pun hayati sebagai pupuk dan pestisida alternatif yang dapat diproduksi sendiri.
"Tingkat keswadayaan perlu dalam menciptakan inovasi. Bahan organik banyak di sekitar petani, hanya saja pengetahuan pengolahannya masih minim. Kami berharap pemerintah dan petani dapat berkolaborasi menciptakan pupuk kompos yang dapat digunakan untuk multi tanaman," ujar Nelson.
Baca Juga:
Rencana Cetak Sawah 500 Ribu Ha, Mentan Amran Tinjau Lokasi Eks PLG di Kalteng
Data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulteng mencatat, alokasi sejumlah pupuk bersubsidi tahun 2022 untuk petani di provinsi ini jenis Urea 35.456 kilogram, SP-36 1.720 kilogram, ZA 2.138 kilogram.
Lalu, NPK 28.554 kilogram, NPK Formula Khusus 1.887 kilogram dan pupuk organik Granul 5.507 kilogram serta pupuk organik cair 19.909 liter.
"Meskipun pemerintah mengalokasikan pupuk bersubsidi, namun petani juga perlu memproduksi pupuk organik lainnya, selain dapat digunakan sendiri, juga dapat di jual guna menambah perekonomian petani," tutur Nelson.