WahanaNews.co | Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku heran, bagaimana Indonesia yang memiliki hutan sangat luas, tetapi kontribusinya ke kas negara sangatlah kecil.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, sektor kehutanan secara keseluruhan, hanya memberikan setoran dalam bentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 5,6 triliun.
Baca Juga:
Pesawat yang Ditumpangi Wapres Malawi Hilang, Diduga Jatuh di Hutan
"PNBP kita itu sudah mencapai hampir Rp 350 triliun. Jadi kalau kita kehutanan is only (hanya) Rp 5 triliun it doesn't sounds right (kedengarannya tidak masuk akal) juga, kan? Betul, kan? Kita semuanya harus punya sense ini supaya kita bisa memahami ini value-nya about what dan bagaimana kita mengelola," ucap Sri Mulyani dikutip Kamis (30/6/2022).
Lebih lanjut, wanita yang karib disapa Ani ini mengakui, ada beberapa tantangan yang menyebabkan PNBP sektor kehutanan sangat kecil.
Menurut Sri Mulyani, ada banyak yang perlu dibereskan di sektor kehutanan. Ia bilang, setoran PNBP dari hutan ini kurang masuk akal apabila dibandingkan dengan luas hutan Indonesia.
Baca Juga:
DLH Palangka Raya Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap Potensi Karhutla
Terlebih, banyak hutan tropis di Indonesia yang sudah beralih fungsi menjadi hutan industri, bahkan banyak hutan yang nasibnya kini beralih menjadi kebun kelapa sawit.
"Ini kita sebagai negara yang punya hutan tutup tropis dan bahkan sekarang ini banyak yang sudah menjadi hutan industri, rasanya kontribusi kurang dari 1 persen it doesn't sounds right. Pasti ada hal-hal yang perlu kita benahi bersama," ungkap Sri Mulyani.
Bendahara negara ini memerinci, kontribusi PDB nominal dari subsektor kehutanan pada tahun 2017-2021 kurang dari 1 persen, dengan kisaran 0,6-0,7 persen.
Kontribusinya pada tahun 2021 hanya sekitar Rp 112 triliun (0,66 persen dari PDB) lebih tinggi dibanding kontribusi pada tahun 2020 yang mencapai Rp 108,6 triliun (0,70 persen dari PDB).
"Kontribusinya Rp 91 triliun hingga Rp 112 triliun. Itu masih sangat kecil. Jadi kalau kuantiti terhadap GDP share memang kecil kurang dari 1 persen, hanya sekitar 0,6-0,7 persen," ucap Sri Mulyani.
Dilihat dari pertumbuhan setiap tahun, sektor ini mengalami pertumbuhan rata-rata 5-6 persen per tahun. Bila diperinci, tumbuh 4,6 persen di tahun 2017, 6,3 persen di tahun 2018, dan 6,9 persen di tahun 2019.
Kemudian pada tahun 2020, pertumbuhannya menyusut menjadi 4,3 persen. Lalu di tahun 2021, sektor kehutanan hanya tumbuh 3,1 persen. Sri Mulyani merasa, pertumbuhan yang terlampau kecil ini menjadi tanda ada yang salah.
Lanjut dia, hal yang sama juga terjadi di sektor perikanan dan kelautan. Sektor ini juga menyumbang PNBP ke APBN dalam porsi kecil.
"Indonesia itu isinya hutan sama perikanan, tapi dua sektor ini kontribusi ke dalam GDP (PDB) kita is almost nothing (hampir tidak ada). Enggak benar itu berarti," kata Sri Mulyani
Ia menuturkan pembenahan yang dimaksud adalah terkait regulasi, institusi bahkan tata kelola karena selama ini tidak mampu mendorong kontribusi sub sektor kehutanan dan penebangan kayu secara maksimal.
“Sama dengan sektor perikanan. Indonesia itu isinya hutan sama perikanan tapi dua sektor ini kontribusi ke PDB is almost nothing. Tidak benar itu berarti,” tegasnya. [rin]