WahanaNews.co | Menurut Kepala Badan SDM Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi, sebanyak 70 persen petani di Indonesia hanya lulusan SD, bahkan tidak bersekolah dan hanya 1,9 persen yang lulus kuliah.
Penyuluh pertanian memegang peranan besar untuk mendongkrak produktivitas pertanian dalam negeri di tengah isu krisis pangan global. Terlebih, petani di Indonesia masih didominasi petani kolonial dengan tingkat pendidikan rendah.
Baca Juga:
Prabowo Tinjau Langsung Panen Padi di Merauke
Inilah mengapa peran penyuluh menjadi sangat penting, harus mampu mentransfer teknologi, menjadi inovator dan inspirasi bagi petani,” ujarnya seusai menyaksikan Deklarasi Bulaksumur di UGM, Kamis (12/8/2022) lalu.
Ia menyambut deklarasi ini karena UGM menjadi pusat pendidikan yang baik dan menjadi upaya memperkuat penyuluhan karena produktivitas ditentukan oleh kualitas penyuluh petani.
Saat ini pemerintah sedang menggenjot lagi penyuluhan pertanian di seluruh Indonesia. Adanya deklarasi dukungan pertama yang muncul dari Bulaksumur diharapkan dapat memacu seluruh daerah di Indonesia.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kubu Raya Rencanakan Penanaman Padi 69.462 Ton Tahun 2024
“Kami meyakini dengan masifnya penyuluhan pertanian ini, 10 tahun lagi bisa meningkatkan produktivitas dari 5,2 ton per hektare saat ini jadi 6 ton, sehingga negara bisa tetap survive,” ucapnya.
Sementara, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta seluruh pihak termasuk pemerintah harus bekerja sama menghadapi ancaman krisis pangan. Pertanian modern harus diperkuat dengan smart farming, pemanfaatan teknologi seperti Internet of Things, robot construction, dan artificial intelligent.
“Penyuluh adalah ‘Kopassus-nya pertanian’, menjadi tonggak utama pembangunan pertanian melalui KOSTRATANI di seluruh Indonesia,” ucap Syahrul. [tum]