“Saat ini terdapat 962 ribu industri fesyen di dalam negeri, yang terdiri dari sektor tekstil, pakaian jadi, kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, yang mengalami kenaikan sebesar 12 persen dibanding tahun sebelumnya. Sektor tersebut tergolong padat karya, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 1,6 juta orang,” ungkapnya.
Sementara itu, pertumbuhan untuk konsumsi pakaian, alas kaki, dan jasa perawatanya melesat 7,02 persen (y-o-y) pada kuartal II tahun 2023 lalu. “Pertumbuhan setinggi itu belum pernah dicapai, setidaknya sejak tahun 2010 atau 14 tahun terakhir,” imbuhnya.
Baca Juga:
Kemenperin Dorong Penyerapan Batik IKM Jadi Seragam Jemaah Haji
Peningkatan ini salah satunya adalah dampak dari kemudahan berbelanja melalui situs-situs e-commerce seperti Tokopedia, dan juga dari tumbuhnya preferensi masyarakat kita terhadap merk-merk lokal Indonesia seperti Nevertoolavish. Tentunya peningkatan konsumsi ini harus disambut baik sebagai peluang bagi industri tekstil kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menperin optimistis, kinerja industri manufaktur Indonesia terus ekspansif yang sejalan dengan semakin bergeliatnya produktivitas di dalam negeri.
“Industri manufaktur merupakan tulang punggung ekonomi nasional, yang saat ini tumbuh 4,70 persen, dan ditargetkan bisa mencapai 5 persen pada tahun ini. Selain itu, kontribusi manufaktur menjadi terbesar dibanding sektor ekonomi lainnya, dengan mencapai 18 persen. Bahkan, sumbangsih ekspor manufaktur sebagai mayoritas, di angka 80 persen,” tandasnya. Demikian dilansir dari laman kemenperingoid, Minggu (9/6).
Baca Juga:
Pacu Kesiapan IKM Terapkan Teknologi Digital, Kemenperin Gelar Workshop INDI 4.0
[Redaktur: Alpredo Gultom]