"Bahkan [restoran] yang paling 'sehat' pun tidak dapat bertahan hidup saat ini," kata mantan pemilik restoran Chua Ee Chien. Pasalnya, dua restoran dalam Michelin Guide Singapura pun harus tutup.
Biaya Sewa Makin Mahal
Baca Juga:
Vlogger Tuntut Resto Rp16,5 Miliar, Buntut Insiden Ditabrak Mobil Saat Review Makanan
Bagi banyak pemilik, termasuk Ka-Soh, biaya sewa adalah penyebab banyak restoran yang terpaksa tutup, meskipun bukan faktor satu-satunya.
"Di komunitas kami, mayoritas penyewa melaporkan kenaikan sewa antara 20 (dan) 49 persen," kata Terence Yow, ketua Singapore Tenants United for Fairness (SGTUFF), yang mewakili lebih dari 1.000 pemilik usaha F&B dan bisnis lainnya.
"Ini sesuatu yang belum pernah kita lihat selama 15, 20 tahun terakhir," ia menuturkan.
Baca Juga:
Ini Penampakan Fish and Chips Kudapan Senilai Rp1,8 Juta Berlapis Emas
Belakangan, rumah toko (ruko) menjadi properti yang diminati investor lokal maupun asing, di tengah langkah-langkah 'pendinginan' baru-baru ini untuk pembelian hunian.
Alhasil, ada dampak investor berekspektasi tinggi terhadap imbal hasil sewa. Pasalnya, para pemilik properti juga menghadapi tekanan.
"Jika sewa seseorang diperbarui sekarang, tiga tahun setelah COVID, maka bahkan dengan kenaikan sewa sebesar 50 (hingga) 100 persen, mungkin tidak akan mencapai tingkat pasar saat ini," kata Ethan Hsu dari Knight Frank Singapura