WahanaNews.co | Saat ini pemanfaatan energi baru terbarukan melalui Renewable Energy Certificate (REC) yang dilakukan oleh PT PLN kian diminati. Hal ini terlihat dari kerja sama yang dijalin dengan sejumlah perusahaan besar.
Di antaranya, ada pelanggan besar PLN yakni PT Borneo Indobara (BIB) yang memiliki daya 6.055.000 VA menjadi pelanggan tegangan menengah (TM) menggunakan layanan listrik REC PLN sebanyak 19.056 unit di mana satu unit REC setara dengan 1 Mega Watt hour (MWh).
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
General Manager Project Expansion PT BIB Adi Supriyatna melalui keterangan tertulis PLN UID Kalselteng di Banjarbaru, Sabtu mengatakan kerja sama dengan PLN sudah cukup lama sejak 2019 ketika PT BIB menambah daya listrik karena kebutuhan operasional yang semakin tinggi.
"Kerja sama dengan PLN berjalan sangat baik dan sudah cukup lama. Kami sangat percaya keandalan suplai listrik yang diberikan PLN sehingga selalu mempercayakan solusi kebutuhan energi kepada PLN," ujar Adi, melansir Antara, Sabtu (3/6/2023).
Menurut Adi, PT BIB siap mendukung program penggunaan energi baru terbarukan dengan menggunakan layanan REC PLN dan juga siap mendukung percepatan program Nett Zero Emission pemerintah melalui penggunaan layanan REC.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
"Apalagi, REC PLN sangat murah jika dibandingkan dengan negara lain sehingga kami berharap langkah untuk menggunakan energi baru terbarukan bisa diikuti juga oleh perusahaan-perusahaan lainnya," ucap Adi.
Diketahui, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat, harga jual REC yang ditawarkan PLN terbilang murah jika dibandingkan harga yang dipatok di sejumlah negara lain seperti India dan Australia, yakni sebesar Rp35 ribu per unit REC, sedangkan India Rp180 ribu dan di Australia Rp300 ribu per 1 unit REC kapasitas 1MWh.
Sesuai SK ESDM "Faktor Emisi GRK Sistem Ketenagalistrikan", Grid Barito memiliki Faktor Emisi sebesar 1,10 Ton CO2/MWh sehingga PT Borneo Indobara mendukung pengurangan Emisi Karbon pada Scope 2 (Pemakaian Listrik Perusahaan) sesuai pengertian dari Greenhouse Gas Protocol yaitu sebesar 20.962 Ton CO2 pada pembelian REC.
General Manager PT PLN (Persero) UID Kalselteng, Muhammad Joharifin mengapresiasi langkah industri yang menjadi pelanggan PT PLN beralih ke energi bersih guna mendukung program transisi energi bersih menggunakan energi REC.
Disebutkan Joharifin, selain PT Borneo Indobara, dua pelanggan besar PLN lain juga memanfaatkan layanan energi hijau yakni Bridgestone Kalimantan Plant dengan daya 412.300 VA, dan PT Pamapersada Nusantara daya 526.500 VA, dengan jumlah total 2.898 unit REC PLN.
"Langkah ini, bukti nyata kolaborasi PLN dengan pelaku usaha dan industri mendukung transisi energi bersih di tanah air. Pendapatan dari penjualan REC akan dialokasikan untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sehingga sangat sejalan dengan komitmen Indonesia menekan emisi karbon dunia pada Presidensi G20 lalu," sebutnya.
Joharifin menuturkan, REC adalah salah satu inovasi produk hijau PLN untuk mempermudah pelanggan dalam mendapatkan pengakuan atas penggunaan EBT yang transparan, akuntable dan diakui internasional tanpa harus mengeluarkan biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur.
"Melalui REC, PLN menghadirkan opsi pengadaan untuk pemenuhan target sampai dengan 100 persen penggunaan energi terbarukan. Cara pengadaan atau pembeliannya pun relatif mudah dan cepat," ungkapnya.
REC dapat dibeli individu maupun korporasi, 1 unit REC setara dengan 1 MWh. Pelanggan yang berminat membeli REC, kunjungi website layanan.pln.co.id/renewable-energy-certificate atau khusus untuk pelanggan korporasi dapat melalui account executive pada kantor PLN terdekat.
Joharifin mengimbau dan mengajak investor, pelaku usaha maupun pelanggan besar lainnya agar bisa memanfaatkan layanan REC PLN sehingga bisa bersama-sama ikut andil dalam percepatan penurunan emisi karbon sebagai wujud mencintai alam dan lingkungan. [eta]