"Dengan adanya RPB, produk hilirnya sudah harus berkelas dunia," kata Menteri Teten.
Apalagi, kata Menkop UKM, RPB bukan sekadar menyediakan alat produksi belaka, tapi juga sebagai Co-Working Space. Sebuah tempat untuk belajar bersama, bertukar informasi, hingga ajang inovasi produk.
Baca Juga:
Kemenkop UKM Gelar Rakor Jaring Masukan Untuk Kebijakan Pengembangan KUMKM
"Maka, di RPB juga akan disiapkan konsultan untuk memperkuat ekosistem bisnis," kata Menteri Teten.
Menteri Teten menambahkan, RPB juga menjadi tempat pengembangan desain produk.
"Kita harus pahami tren produk kulit dunia dan perilaku konsumen. RPB harus menjadi Center of Excellence," kata Menkop UKM.
Baca Juga:
Kemenkop UKM Tidak Pernah Melarang Warung Madura untuk Beroperasi 24 Jam
Oleh karena itu, Menkop UKM berharap RPB harus dikelola dengan baik. Di dalamnya diperlukan keahlian manajerial industri.
"Kita juga harus memelihara dan terus memodernisasi alat karena industri terus berkembang. Sehingga, RPB tidak akan mengalami penuaan, tapi terus berkembang," kata Menteri Teten.
Selain itu, RPB tidak boleh mati secara bisnis, melainkan harus berkelanjutan dan dikelola dengan baik.