"Kalau besok kita sudah etanol dan metanol. Pabriknya yang beli ada. Tiap hari kita pakai bensin. Jadi orang akan tanam karena ada yang beli. Satu liter itu kira-kira 6 kilogram. Kalau singkong 6 kilo. Berarti singkong itu harganya kira-kira Rp1.500 ke atas satu kilo," tuturnya.
Menanggapi rencana tersebut, Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Amran Sulaiman menyatakan pihaknya siap menjalankan program pengembangan etanol, termasuk penanaman tebu dan singkong dalam skala besar. Namun, Amran menegaskan pelaksanaannya bergantung pada koordinasi lintas lembaga, termasuk dengan Nusron Wahid sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
Baca Juga:
Meski Tak Lulus SMA, Pria Ini Buktikan Bisa Jadi Petani Buah Sukses
"Nah, etanol. Etanol rencana tergantung pak sahabatku Gus Nusron. Pak, tanah ada. Kita siap tanam 1 juta hektare. Kita siap tempur. Ini presiden kita luar biasa, visioner, eksekutor, dan harus luntas. Micromanagement," kata Amran dalam kesempatan yang sama.
Ia menjelaskan, pemerintah menargetkan pengembangan lahan etanol dari dua sumber utama, yakni umbi singkong dan tebu, dengan total area tanam hingga 1 juta hektare.
"Pak, 1 juta etanol. Sumbernya ada 2. Pertama adalah singkong. 1 juta hektare disiapkan Pak. Sudah ada," ujarnya.
Baca Juga:
Tanam Padi Bersama di Hatulian, Wakil Bupati Toba Minta Penyuluh Serius Beri Perhatian
Selain itu, pemerintah juga telah merancang perluasan lahan tebu hingga 500 ribu hektare untuk menopang kebutuhan bahan baku etanol. "Tebu, kita rancang 500 ribu hektare. Dua-dua ini bisa jadi etanol," katanya.
Amran menambahkan, strategi pengembangan ini bersifat fleksibel seperti yang diterapkan di Brasil. Dengan sistem ganda, pemerintah bisa memilih menjual produk sesuai harga yang lebih menguntungkan di pasar.
"Kalau harga gula naik, kita jual gula. Kalau harga etanol naik, kita jual etanol. Seperti terjadi di Brasil," pungkasnya.