WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gelombang penutupan gerai ritel asing di Indonesia kembali berlanjut.
Kali ini, giliran GS Supermarket, jaringan ritel asal Korea Selatan, yang bersiap hengkang dari pasar Indonesia. Seluruh gerai mereka dijadwalkan tutup pada akhir Mei 2025.
Baca Juga:
Wanti-wanti Pengusaha RI! IPO Rp21 Triliun 2021 Lalu Tutup 2024, Investor Bukalapak Gigit Jari
Kabar ini telah dikonfirmasi oleh Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah.
"Iya, benar. Itu anggota kami dan sudah ada informasinya. Kalau tidak salah, penutupan dilakukan pada 31 Mei. Perusahaannya di Indonesia memang akan ditutup," ujar Budihardjo, Rabu (7/5/2025).
Menurut Budihardjo, keputusan ini kemungkinan besar dipicu oleh kecilnya jangkauan pasar GS Supermarket di Indonesia.
Baca Juga:
Konsumen Kini Lebih Memilih Harga Murah Dibandingkan Merek
Dengan hanya sekitar 9 hingga 10 gerai, perusahaan dinilai kurang mampu bersaing di tengah ketatnya persaingan industri ritel.
"Cabangnya memang tidak banyak, jadi jangkauan pasarnya kecil," jelasnya.
Meski demikian, Budihardjo menyebut seluruh gerai eks-GS Supermarket kemungkinan akan diambil alih oleh jaringan ritel lain.
Namun, ia belum bisa mengungkap pihak mana yang akan menggantikannya.
"Saya sudah dengar-dengar akan ada yang ambil alih. Biasanya memang begitu di dunia ritel, kalau ada yang tutup, nanti akan diganti brand lain," katanya.
Ia mencontohkan kasus serupa saat jaringan Giant tutup dan lokasi gerainya diisi oleh Hypermart atau ritel lain.
Lulu Hypermarket Juga Hengkang
Budihardjo menambahkan, fenomena ini bukan yang pertama. Sebelumnya, Lulu Hypermarket juga memutuskan menutup salah satu gerainya di Indonesia, yakni Lulu Hypermarket QBIG BSD, yang resmi berhenti beroperasi sejak 30 April 2025.
Penutupan ini disebut sebagai dampak dari berbagai tantangan yang dihadapi pelaku ritel asing di Indonesia, mulai dari sulitnya mendapatkan barang dagangan, proses perizinan yang rumit, hingga gangguan keamanan seperti aksi premanisme.
"Saya sudah sampaikan, sektor ritel butuh kemudahan, baik dari segi impor, perizinan, maupun distribusi barang. Kalau semuanya sulit, tentu bikin lelah para pelaku usaha," ujar Budihardjo.
Masih Ada Harapan
Kendati ada sejumlah pemain yang gulung tikar, Budihardjo tetap optimistis dengan prospek ritel di dalam negeri.
Menurutnya, seiring dengan tutupnya sejumlah gerai, muncul pula pemain baru yang membuka cabang dan mengusung konsep yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
"Kalau ditanya bagaimana kondisi ritel saat ini, saya tetap optimistis. Ya, memang ada yang tutup, tapi juga ada yang buka. Ini soal adaptasi dan pembaruan konsep," pungkasnya.
Sementara itu, wartawan masih berupaya mengonfirmasi manajemen GS Supermarket terkait kabar penutupan ini.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]