WahanaNews.co | Kondisi mal-mal legendaris seperti Blok M Mall hingga Plaza Senayan, belakangan ini makin sepi. Hal ini terjadi juga pada mal-mal lain seperti Kuningan City hingga Lotte Avenue.
Di Blok M Mall misalnya, banyak kios-kios yang kosong dan sepi ditinggalkan pedagang. Penampakan pengumuman kios disewakan dan menyertakan nomor kontak pemilik kios hal yang biasa.
Baca Juga:
Centre Point Mall Tetap Berdiri Setelah Pembayaran Tunggakan
Kondisi ramai penawaran juga terpantau di situs properti daring. Di situs jual beli OLX misalnya, tidak sedikit pemilik kios mengobral dengan harga murah di mal kawasan Blok M. Meski sudah murah, pemilik pun masih membuka ruang negosiasi, seperti yang terpantau di Blok M Square.
"Dijual Murah Banget. Mumpung covid, covid reda harga naik, lapak / counter / tempat usaha, ukuran 2 x 2 meter. Harga 155 juta Nego, Kalo gak Covid harganya bisa mencapai Rp 200 jutaan lebih," tulis penjual.
Ia mengklaim lokasinya strategis di Jalan menuju Foodcourt lantai basement Blok M Square, sehingga dilewati pengunjung mall dan karyawan kantoran yang makan di foodcourt tersebut.
Baca Juga:
Rumah Sakit hingga Mall Pertama di IKN Gelar Groundbreaking Bulan Ini
Kios ini cocok untuk berbagai jenis usaha, misalnya pulsa, percetakan, sablon, jahit, bordir, batu akik, kacamata, sepatu, fashion, buku, hingga souvenir, namun tidak untuk makanan dan minuman.
Selain kios tersebut, pemilik kios lain juga sedang berupaya untuk melepas asetnya. Lokasinya juga berada di area Blok M. Ia berniat menjual kiosnya dengan harga Rp 176 juta dengan ukuran 4m2.
"Mau jual kios baju milik sendiri di blok M Square, lantai GF dekat dengan lift dan eskalator, sudah ramai dan padat, blok CKS," tulis penjual.
Namun, ternyata ada pemilik kios lain yang lebih membanting harganya. Ia mengaku membeli dengan banderol Rp 250 juta, namun kini Ia bakal melepasnya dengan setengah harga atau Rp 135 juta. Karena Ia menjual cepat, ada kemungkinan harganya bisa lebih turun lagi.
"Kios Blok M lt.3A blok B no.90. Cocok untuk usaha toko hp, toko baju, toko alat tulis, kantor, gudang, kantin. Satu lantai dgn Samsat, toko hp, travel. Lantai atas ada foodcourt dan bioskop 21. Lantai bawah ada Carrefour. Jual cepat nego sampe jadi," tulis penjual.
Menanggapi fenomena mal-mal legendaris di Jakarta sepi seperti kawasan Blok M, Ketua Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menilai banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan. Baik pada saat sebelum pandemi maupun pada saat pandemi.
"Sebagai contoh, masih banyaknya karyawan yang WFH (work from home) akan mempengaruhi tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan yang berada di sekitar area perkantoran," katanya, Kamis (23/12/21).
Berbenah atau Mati Selamanya
Sepinya mal-mal tertentu termasuk mal legendaris di Jakarta tak hanya efek pandemi. Ada mal-mal lama yang sebelum pandemi memang mulai sepi pengunjung. Persaingan dengan mal-mal baru yang muncul menjadi faktor lain. Keberadaan mal-mal baru yang lebih modern tentu jadi daya saing antar pengelola untk terus berinovasi.
Staff ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (HIPPINDO) Yongky Susilo menyebut pengelola pusat perbelanjaan harus memutar otak untuk menarik kembali pengunjung serta tenant. Caranya bisa dengan membuat berbagai aktivitas yang menarik.
"Aktivasi-aktivasi baru, jangan yang biasa-biasa. Buat solusi-solusi dari pain points pengunjung, kemudian buat area-area instagrammable," jelasnya, Senin (27/12/21).
Cara itu bisa harus berlangsung konsisten hingga menarik kembali para tenant dan pengunjung. Memang memerlukan modal, namun itu investasi yang harus dibayar. Selain itu, kemudahan biaya tenant di masa pandemi ini juga perlu penyesuaian, sehingga mereka jadi lebih tertarik.
"Kemudian Reposisi malnya, ubah posisi tenant dengan mix. Resto-resto dengan nama baru dan laris," ujar Yongky yang juga Director KADIN Indonesia Trading House.
Upaya dalam persaingan di pusat perbelanjaan memang keras, munculnya banyak mal baru kian mengikis mal legendaris di DKI Jakarta, misalnya AEON Tanjung Barat yang baru dibuka baru-baru ini. Sementara itu pasarnya juga tidak begitu besar karena masih dalam kondisi pandemi.
Alhasil, banyak mal lain yang lebih sepi, seperti yang terjadi di Mall Blok M hingga Plaza Semanggi, dimana dulunya menjadi tempat nongkrong anak muda, kini terlihat lebih sepi.
"Udah bukan transit anak-anak muda, nunggu momentum, pasti dirubah oleh Pakuwon Group, mereka capable," sebutnya. [qnt]