WahanaNews.co, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian Indonesia masih cukup solid dan terkendali meskipun dihadapkan pada guncangan dan pelemahan global.
Di tengah fluktuasi perekonomian dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal tiga diperkirakan tetap tumbuh positif didukung oleh inflasi yang terkendali, surplusnya neraca perdagangan, serta membaiknya daya beli masyarakat.
Baca Juga:
Kinerja Pendapatan Negara Tahun 2024 Masih Terkendali, Menkeu: Ada Kenaikan Dibanding Tahun 2023
“Kita perkirakan untuk kuartal tiga pertumbuhan ekonomi kita tetap di atas 5 persen. Kinerja APBN juga masih cukup solid dan kuat,” ujar Menkeu dalam konferensi pers APBN Kita secara daring pada Rabu (20/9).
Menkeu menjelaskan bahwa hingga Agustus 2023, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia terus menguat dan berada di zona ekspansif di level 53,9, lebih baik dibandingkan Negara Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Capaian tersebut meningkat dibandingkan Juni 2023 yang berada pada level 52,5.
“Indonesia yang masih bertahan PMI ekspansinya juga menunjukkan suatu aktivitas yang menguat pada level 53,9,” kata Menkeu.
Baca Juga:
Hadiri Rakornas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2024, Menkeu: Awal Sinergi yang Baik
Di samping itu, neraca perdagangan juga melanjutkan surplus selama 40 bulan berturut-turut meskipun ekspor dan impor masih mengalami tren penurunan. Ekspor Agustus 2023 tercatat USD22 miliar atau terkontraksi 21,2 persen (year on year/yoy). Sementara itu, impor Agustus 2023 tercatat USD18,88 miliar atau turun 14,8 persen (yoy).
“Surplus neraca perdagangan bulan Agustus adalah sebesar USD3,12 miliar. Akumulasi surplus neraca perdagangan dari bulan Januari hingga Agustus adalah sebesar USD24,34 miliar. Angka ini adalah penurunan yang cukup tajam dibandingkan akumulasi surplus neraca perdagangan Januari-Agustus tahun lalu yang levelnya di USD34,89 miliar atau dalam hal ini turunnya USD10,5 miliar. Ini yang harus kita waspadai karena tentu ketahanan dari sisi eksternal akan sangat menentukan stabilitas dari perekonomian kita di dalam jangka pendek dan menengah,” jelas Menkeu.
Di sisi lain, laju inflasi domestik terkendali didukung inflasi pangan yang stabil. Inflasi bulan Agustus tercatat -0,02 persen (month to month/mtm), 1,43 persen (year to date/ytd), atau 3,3 persen (yoy).
“Inflasi kita menunjukkan level yang cukup baik yaitu di 3,3 persen. Dibandingkan negara-negara Asia maupun G20, inflasi Indonesia relatif dalam situasi yang moderat rendah. Namun kita tetap harus waspada karena harga volatile food menunjukkan adanya kenaikan yang cukup tajam pada bulan Agustus ini, yaitu kontribusinya di 2,4 persen,” kata Menkeu.
Sementara itu, aktivitas ekonomi domestik Indonesia masih menunjukkan adanya resiliensi dan pemulihan yang cukup bertahan. Optimisme masyarakat cukup tinggi pada level 125,25. Konsumsi stabil ditunjukkan dari Mandiri Spending Index yang menguat di angka 33,7. Penjualan riil juga tumbuh positif sebesar 1,3 persen (yoy).
Pemerintah memastikan kehadiran dan peran APBN untuk melindungi kesejahteraan masyarakat dan menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi dinamika ekonomi. APBN sebagai motor penggerak sekaligus alat pengaman diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi, melindungi dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
“APBN yang sehat dan kuat bisa melindungi masyarakat dan menjaga momentum ekonomi kita untuk tetap tumbuh dan pulih. Namun kita tetap waspada karena kondisi global perlu kita waspadai yang tentu secara perlahan dan pasti akan memberikan imbas kepada APBN maupun ekonomi kita. Maka, kita harus terus menjaga kesehatan APBN dan ekonomi kita dengan terus melakukan kalibrasi terhadap pergerakan ekonomi dan dinamika global,” ujar Menkeu. Demikian dilansir dari laman kemenkeugoid, Jumat (22/9).
[Redaktur: JP Sianturi]