Ternyata, pandemi Covid-19 ini membawa berkah. Karena adanya kebijakan menjaga jarak aman saat pandemi, QRIS dinilai cukup efektif. Masyarakat tidak perlu menggunakan uang tunai, cukup tempelkan gadget-nya ke tanda QRIS. Artinya, penularan virus melalui barang bisa diminimalkan.
BI mencatat transaksi quick response code Indonesia standard alias QRIS pada April 2024 tumbuh 175,44% secara tahunan (year on year/yoy). Adapun, jumlah pengguna mencapai 48,12 juta dan jumlah merchant 31,61 juta yang sebagian besar adalah merchant UMKM. Sejalan dengan itu, nilai transaksi uang elektronik (UE) meningkat 41,70 persen (yoy) menjadi Rp253,39 triliun pada April 2024.
Baca Juga:
Makin Digemari, Volume Transaksi QRIS Bank Muamalat Naik 148% pada Kuartal III-2024
Dengan maraknya penggunaan QRIS, tidak sedikit cafe, restaurant dan toko ritel yang menerapkan kebijakan wajib nontunai alias tidak lagi menerima uang tunai. Kebijakan ini umumnya banyak diadopsi oleh merchant yang menggunakan kebijakan nontunai ini a.l. Rejuve, Titik Temu Jenggala, Shilin, Ismaya Group, Donut & Drinks, Nagara Coffee, Animo Bakery. Adapun, toko atau restoran ini paling banyak ditemui di Ibu Kota.
Penerapan sistem pembayaran nontunai di salah satu restoran di Jakarta. (CNBC Indonesia/Hadijah Alaydrus)Foto: Penerapan sistem pembayaran nontunai di salah satu restoran di Jakarta. (CNBC Indonesia/Hadijah Alaydrus)
Penerapan sistem pembayaran nontunai di salah satu restoran di Jakarta. (CNBC Indonesia/Hadijah Alaydrus)
Baca Juga:
Bank Kalsel dan Pemko Banjarmasin Modernisasi Transaksi Pasar Terapung dengan QRIS
Imo Effendi, seorang make up artist, mengaku mendukung gerakan cashless di Tanah Air. Namun, di sisi lain, dia mengatakan dirinya tetap konvensional. Tiap minggu, dia harus mengambil uang cash di ATM. Hal ini dilakukan karena dirinya sadar pedagang kaki lima dan pasar tradisional yang disambaginya sering kali belum menggunakan sistem QRIS atau pembayaran nontunai lainnya.
Menurutnya, pembayaran nontunai banyak diterapkan di restoran atau pusat perbelanjaan menengah atas.
"Saya pro cashless tapi masih ada sisi konvensional tiap minggu masih ambil uang cash, masih banyak pedagang kaki lima di pasar. Tukang nasi goreng pun banyak yang tidak pakai QRIS," katanya.