Imo pun mengaku sering diminta membayar nontunai ketika berbelanja di mall. Kewajiban ini, katanya, tidak menganggu dirinya ketika berbelanja.
"Kemarin belanja, beli air tebu di mall, itu mereka gak lagi terima tunai. Gak masalah karena itu marketnya, karena di mall high end dan easy aja gitu," katanya.
Baca Juga:
Makin Digemari, Volume Transaksi QRIS Bank Muamalat Naik 148% pada Kuartal III-2024
Namun, pengalaman berbeda, dialami oleh ayahnya yang berjualan buah. Imo mengatakan hampir semua pelanggan buah ayahnya adalah kaum menengah atas yang awam dengan transaksi nontunai. Sayangnya, sang ayah tidak akrab dengan sistem QRIS atau pembayaran nontunai lainnya. Alhasil, metode transfer antar bank kerap dilakukan untuk mengakali kendala ketersediaan uang tunai di sisi pembeli.
"Bapak saya kan pedagang buah hampir semua pelanggannya bermobil, mereka mau bayar cashless, tapi bapak saya tidak paham, akhirnya mau tidak mau transfer," ungkapnya.
Padahal sistem transfer antar bank kerap dikena tambahan biaya transfer antara Rp 6.500-Rp 2.500 per transaksi.
Baca Juga:
Bank Kalsel dan Pemko Banjarmasin Modernisasi Transaksi Pasar Terapung dengan QRIS
"Kalau begini, saya sering ingatin, nanti pelanggannya kabur lho. Tapi dia sendiri tidak mengerti. Orang tua mau dipaksa apapun mereka tidak mengerti," ujarnya.
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.