WahanaNews.co | Toyota menangguhkan produksi 14 pabrik mobil di Jepang terhitung mulai Selasa, 1 Maret 2022. Kondisi ini dipicu serangan siber yang merugikan pemasok suku cadang utama mobil.
Penutupan pabrik mobil itu diperkirakan menyebabkan produksi berkurang 13.000 mobil. Produksi mobil Toyota di Jepang menyumbang sekitar sepertiga dari total produksi globalnya.
Baca Juga:
Misi Toyota: Kendaraan Listrik Hemat Biaya Menuju Pasar Jepang
Produsen mobil yang berbasis di Tokyo tersebut tidak mengatakan apakah penangguhan produksi akan melampaui Selasa atau terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Peretasan itu terjadi setelah para ahli dan pejabat Pemerintah AS memperingatkan bahwa Rusia kemungkinan meningkatkan serangan siber terhadap negara-negara yang mendukung Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan invasi militer ke negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Baca Juga:
Toyota dan Daihatsu Kolaborasi Bikin Perusahaan Baru di Asia Pasific
Jepang memang telah berjanji memberikan Ukraina bantuan darurat senilai USD 100 juta. Jepang juga bergabung dengan AS dan Uni Eropa unttuk mendepak beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT.
Negara itu bahkan juga mengatakan pada Senin lalu akan memberikan sanksi kepada Bank Sentral Rusia.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan pemerintah akan menyelidiki insiden serangan siber, termasuk apakah Rusia terlibat.
“Sulit untuk mengatakan apakah ini ada hubungannya dengan Rusia sebelum melakukan pemeriksaan menyeluruh,” kata Kishida kepada wartawan pada Senin lalu.
Seorang juru bicara perusahaan pemasok komponen ke Toyota, Kojima Industries, mengakui menjadi korban beberapa jenis serangan dunia maya. Tetapi dia tidak memberikan rincian.
Gangguan produksi mobil secara global telah terjadi akibat pandemi Covid-19 pada 2020-2021. Harga mobil baru dan bekas pun meroket.
Produksi mobil Toyota di Amerika Utara juga terganggu awal Februari lalu karena protes pengemudi truk Kanada. Saham Toyota di Bursa Efek New York diperdagangkan turun 1,3 persen pada Senin pagi, menyusul kemerosotan saham yang lebih luas di pasar. [rin]