“Semikonduktor Indonesia baru di hilir, baru di testing sama di assembling. Kedua kita back to basic, karena kalau kita bicara semikonduktor, kita bicara chip design. Chip design itu bahasa sederhananya bikin sirkuit elektrik yang dibikin dua nano. Sirkuit elektrik dibuat kecil, jadi kalau kita gak punya engineer di microelectronic atau megatronic itu sulit,” ungkap Airlangga.
Nantinya dalam upaya pengembangan industri semikonduktor harus dilakukan bersamaan dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadai.
Baca Juga:
Menko Airlangga Teken Kerja Sama Blue Economy Indonesia-RRT, Disaksikan Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping
Dalam hal ini diperlukan penyediaan SDM yang bisa memiliki kompetensi untuk terlibat dalam pendidikan tentang mikroelektronik.
“Kami sedang melihat bagaimana menyiapkan sumber daya manusia. Kalau bicara semikonduktor kita bicara chip design, kita bicara microelectronic. Oleh karena itu, pendidikan terkait microelectronic harus kuat di kita untuk mengambil kembali semikonduktor,” kata Airlangga.
Pemerintah tengah mengembangkan industri semikonduktor di tanah air. Dengan adanya industri tersebut diyakini akan memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengembangan teknologi.
Baca Juga:
Pemerintah Komitmen Jaga Kelangsungan Industri Tekstil Dalam Negeri
Namun, langkah ini tidak bisa berjalan mulus karena masih terdapat kendala dalam pengembangan industri semikonduktor.
“Kita akan buat integrasi di Rempang dengan investasi US$ 12 miliar. Singapura dan Malaysia tidak senang makanya dibuat ribut terus sama NGO(Non Governmental Organization)-NGO supaya Indonesia tidak masuk di industri semikonduktor,” ucap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam seminar ekonomi bertajuk “Perspektif Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi: Menuju Indonesia Emas 2045” di Sport Hall Kolese Kanisius, Jakarta, Sabtu (11/5/2024).
Airlangga menjelaskan sebelumnya Indonesia pernah memiliki perusahaan semikonduktor Fairchild Semiconductor, namun harus pindah ke Malaysia karena persoalan robotisasi.