KEMENDAG 911
WahanaNews.co, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri menekankan, perempuan
memiliki peran strategis dalam perekonomian dan perdagangan Indonesia. Kontribusi perempuan sangat signifikan selama ini, namun potensinya belum sepenuhnya dimaksimalkan karena tantangan
kepemimpinan dan budaya kerja.
Baca Juga:
RI Dukung Peran Strategis Malaysia Sebagai Koordinator Negara
Menurutnya, perempuan harus mulai dan terus menguatkan aktualisasi
diri, khususnya di sektor perekonomian dan perdagangan.
Pernyataan itu disampaikan Wamendag Roro dalam Women Empowerment Conference (WEC) 2025 di The Westin, Jakarta pada, Senin (14/4).
Konferensi tersebut mengusung tema "Unlock Our Potential, Shaping Our Future of Indonesia" sementara sesi diskusi panel menyorot tema
"#UnlockOurPotential in Politics and Social: Women Lead, Nations Thrive".
“Data Badan Pusat Statistik pada 2023 menunjukkan, perempuan menyumbang hampir 50 persen
populasi Indonesia, tetapi tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan masih lebih rendah dibandingkan
laki-laki. Saya meyakini, berdasarkan hal tersebut, kita perlu memaksimalkan potensi perempuan dalam perdagangan dan perekonomian," terang Wamendag.
Baca Juga:
Indonesia Dukung Pengesahan Prioritas Ekonomi pada Keketuaan Malaysia ASEAN 2025
Kesenjangan dalam pola bisnis yang formal juga nampak. Bisnis formal di Indonesia yang dimiliki perempuan hanya tercatat 22 persen. Misalnya, platform lokapasar (marketplace), seperti Lazada, satu dari tiga pelaku usaha adalah perempuan. Artinya, masih terdapat peluang besar di sektor digital.
Padahal, menurut proyeksi McKinsey Global Institute, produk domestik bruto (PDB) global bisa meningkat hingga USD 28 triliun pada 2025 jika kesenjangan gender di bidang ekonomi dihapus.
Sementara itu, berdasarkan data Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination, keterwakilan perempuan di jabatan pimpinan tinggi (eselon II) di Indonesia masih di bawah 20 persen.
Masih banyak lembaga belum memenuhi target 30 persen sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984
tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
“Stigma gender dan stereotip masih menjadi hambatan. Perempuan seringkali dipersepsikan kurang
tegas atau emosional dalam mengambil keputusan. Terlebih perempuan berusia muda, kerap dianggap tidak mampu dan tidak berpengalaman. Untuk itu, perempuan harus terbuka untuk terus belajar dan mengaktualisasikan diri," ungkap Wamendag Roro.
Menurut Wamendag, kepemimpinan perempuan memiliki kekuatan tersendiri. “Kepemimpinan perempuan cenderung lebih inklusif, partisipatif, dan berorientasi pada hasil, dengan komitmen etis dan
integritas yang tinggi. Banyak perempuan birokrat yang menduduki posisi penting di pemerintahan dan
memimpin program-program strategis,” tegasnya.
Selain itu, Wamendag menekankan, media berperan penting bagi perempuan untuk mengubah narasi. Media terbagi dalam media konvensional seperti media massa dan media baru seperti media sosial.
"Dengan kekuatan media sosial, perempuan dapat mengaktualisasikan diri. Dengan memanfaatkan dukungan media konvensional, perempuan di sektor publik dapat menyosialisasikan
rencana dan hasil kerjanya," urai Wamendag Roro.
[Redaktur: Alpredo]