WahanaNews.co | Bank Dunia memaparkan orang miskin di Indonesia lebih rentan terhadap inflasi dibanding negara lain di kawasan Asia Timur dan Pasifik (EAP).
Laporan Bank Dunia bertajuk 'East Asia and The Pacific Economic Update October 2022' menyatakan ini karena orang miskin di Indonesia lebih banyak menggunakan uangnya untuk membeli makanan, sehingga lebih rentan terhadap kenaikan harga pangan.
Baca Juga:
Sekda Sulbar Ajak Pemerintah Daerah Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi di Wilayah
"Di Indonesia, 20 persen orang termiskin mengalami inflasi 0,8 persentase poin lebih tinggi dibanding 20 persen orang terkaya. Karena inflasi sebagian besar didorong harga pangan hingga bahan bakar yang tak terkendali," tulis Bank Dunia yang dikutip, Jumat (30/9).
Dalam laporan tersebut, data inflasi Indonesia pada Juli 2022 digunakan untuk perbandingan dengan negara-negara, seperti Laos, Vietnam, hingga Thailand.
Di Laos, inflasi malah membebani kelas menengah atas di mana daya beli kelompok tersebut menurun 6,5 persen.
Baca Juga:
BPS Sulawesi Barat Catat Inflasi Bulan ke Bulan 0,33 Persen Akibat Kenaikan Harga
Di sisi lain, orang miskin Laos hanya terdampak penurunan daya beli 3,2 persen. Ini terjadi karena mereka sangat bergantung pada produksi bahan makanan sendiri.
"Dengan begitu, mereka tidak terlalu terpengaruh oleh kenaikan harga pangan. Bahkan, masih bisa untung besar dari penjualan yang lebih tinggi," jelas laporan tersebut.
Kesenjangan yang dialami Indonesia juga tidak terlihat di 4 negara lain yang menjadi perbandingan, yakni Mongolia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Di Mongolia dan Thailand, penurunan daya beli lebih banyak terjadi pada orang kaya. Sedangkan Vietnam mencatat penurunan daya beli yang seimbang di angka 1,7 persen antara kelompok kaya dan miskin.
Sementara itu, penurunan daya beli kelompok kaya dan miskin di Filipina hanya berselisih 0,3 persen selama terjadinya inflasi. Kelompok orang miskin sedikit lebih terdampak sebesar 5 persen. [rin]