WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gelombang kelaparan massal kian menyebar di Jalur Gaza, mendorong lebih dari 100 organisasi kemanusiaan dunia untuk mengeluarkan peringatan keras terhadap situasi kritis yang mereka sebut sebagai “bencana kemanusiaan buatan manusia”.
Seruan mendesak itu disampaikan hanya beberapa hari sebelum utusan utama Amerika Serikat dijadwalkan mengunjungi Eropa dan Timur Tengah guna membahas peluang gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Baca Juga:
115 Tewas Saat Tunggu Bantuan, WFP Kutuk Serangan Brutal Israel di Gaza Utara
Pada Rabu (23/7/2025), sebanyak 111 organisasi non-pemerintah, termasuk Médecins Sans Frontières (Dokter Lintas Batas), Save the Children, dan Oxfam, menandatangani pernyataan bersama yang menggambarkan betapa gentingnya kondisi di Gaza.
“Rekan-rekan kami dan mereka yang kami layani semakin lemah,” bunyi pernyataan tersebut, yang dilansir oleh kantor berita AFP.
Pernyataan ini muncul di tengah tekanan internasional yang meningkat terhadap Israel, menyusul krisis kemanusiaan yang makin mengerikan di wilayah Palestina.
Baca Juga:
Gugur dalam Tugas Kemanusiaan, Indonesia Berduka atas Wafatnya Direktur RS Indonesia di Gaza
Lebih dari dua juta penduduk Gaza kini berada di ambang kelaparan, menghadapi kekurangan makanan dan barang kebutuhan pokok setelah perang berkepanjangan yang telah berlangsung selama 21 bulan.
Badan-badan kemanusiaan menuntut gencatan senjata segera, pembukaan semua perlintasan darat ke Gaza, dan pengiriman bantuan tanpa hambatan melalui mekanisme yang diawasi langsung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Mereka juga mengecam sistem distribusi bantuan yang kini dijalankan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza, sebuah inisiatif yang didukung oleh Amerika Serikat dan Israel sejak akhir Mei lalu, karena dinilai tidak efektif dan bahkan membahayakan warga sipil.
PBB, dalam pernyataan yang dirilis Selasa (22/7/2025), mengungkapkan bahwa lebih dari 1.000 warga Palestina telah tewas dalam upaya mereka mendapatkan bantuan pangan.
Banyak dari mereka tewas di tengah kekacauan distribusi dan serangan militer yang terus berlanjut.
Kondisi ini memicu langkah diplomatik Amerika Serikat. Steve Witkoff, utusan khusus pemerintahan Washington, dijadwalkan memulai lawatannya ke Eropa minggu ini untuk membicarakan penyelesaian konflik Gaza dengan sejumlah mitra internasional.
Ia kemudian akan bertolak ke kawasan Timur Tengah.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, Witkoff datang dengan membawa “harapan kuat bahwa kami akan mengajukan gencatan senjata serta koridor kemanusiaan untuk mengalirkan bantuan, yang sebenarnya telah disetujui oleh kedua belah pihak.”
Namun, harapan itu menghadapi tantangan besar di lapangan, mengingat konflik yang terus berlangsung dan minimnya komitmen nyata dari pihak-pihak yang terlibat untuk menghentikan kekerasan.
Di tengah kebuntuan politik dan kekacauan kemanusiaan ini, warga Gaza terus bergulat dengan kelaparan, kehilangan, dan ketidakpastian yang tiada akhir.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]