Selama dua dekade mendatang, Irak diprediksi akan mengalami rata-rata 272 hari badai pasir per tahun. Jumlah itu akan meningkat jadi 300 pada 2050.
Presiden Irak, Barham Saleh, pun memperingatkan bahwa mengatasi perubahan iklim harus menjadi prioritas nasional Irak.
Baca Juga:
PLN Lakukan Berbagai Inisiatif Jalankan Arahan Presiden untuk Mitigasi Perubahan Iklim
"Karena [masalah perubahan iklim] mengancam eksistensi masa depan generasi yang akan datang," kata dia saat memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada awal Juni, seperti dikutip AFP.
Badai pasir bisa berefek buruk bagi kesehatan masyarakat lokal dimana badai pasir itu terjadi.
Ada beberapa keluhan yang mungkin timbul akibat badai pasir ini, antara lain batuk, pilek, keluhan mengi (suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit), serangan asma akut‎, iritasi mata, sakit kepala, nyeri badan, gangguan tidur, dan gangguan psikologis.
Baca Juga:
Aktor Pemicu Longsor India yang Tewaskan 108 Orang Diungkap Ahli
"Sebagai upaya perlindungan, sedapat mungkin menghindar dari tempat atau area badai pasir yang sedang terjadi, atau menunggu sampai badainya berhenti dan baru lalu ke luar rumah atau bangunan," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Prof Tjandra Yoga dalam siaran persnya, Rabu (9/9).
Berdasarkan berbagai penelitian pada badai-badai pasir di berbagai tempat lain dan di waktu-waktu yang lalu dapat diketahui bahwa kandungan badai pasir dapat berupa partikel padat, toxin, virus atau bakteri, dan bahan lain seperti sulfur, logam berat, karbon monoksida dan mungkin juga bahan pestisida.[qnt]