WahanaNews.co | Bangladesh kini tengah mengalami pemadaman listrik yang diprediksi berlangsung hingga dua pekan ke depan, ujar menteri negara untuk urusan energi dan sumber daya mineral Nasrul Hamid kepada wartawan pada Minggu (4/6/23).
Pemadaman itu akibat kenaikan konsumsi listrik dampak kenaikan suhu yang menyebabkan pembangkit listrik kekurangan bahan bakar.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Desak Pemerintah Wajibkan Sertifikasi dan Penggunaan APD bagi Teknisi Peralatan Berarus Listrik
Bangladesh mengalami kekurangan listrik yang parah sejak April karena gelombang panas yang mengakibatkan melonjaknya permintaan listrik. Selain itu, bencana angin topan juga memutus pasokan gas alam untuk pembangkit bahan bakar.
Negara ini juga membatasi impor gas alam cair (LNG), yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik utamanya, setelah harganya menyentuh rekor tertinggi pada paruh kedua tahun 2022 dan berimbas pada mahalnya harga LNG.
"Kondisi ini mungkin akan berjalan selama dua pekan lagi," jelas Hamid.
Baca Juga:
PLN Sumedang Gerak Cepat Perbaiki Gangguan Kabel Listrik Akibat Cuaca Ekstrim
Menurutnya, masalah ini terjadi karena pihaknya belum mampu memastikan pasokan batu bara dan gas yang memadai.
Pemadaman listrik mengancam sektor produksi pakaian jadi di Bangladesh yang menyumbang lebih dari 80 persen ekspor dan merupakan pemasok bagi jenama besar dunia seperti Walmart, Gap Inc, H&M, VF Corp, Zara, dan American Eagle Outfitters.
Turunnya nilai ekspor tersebut akan memperburuk cadangan dolar Bangladesh, yang telah anjlok hampir sepertiga dalam 12 bulan terakhir pada April sehingga telah menyentuh level terendah dalam tujuh tahun terakhir.