WahanaNews.co |
Seorang mata-mata top China dilaporkan telah membelot ke Amerika Serikat (AS)
dan menawarkan data rahasia intelijen tentang bagaimana pandemi Covid-19
dimulai.
Laporan yang bermunculan di
situs media China mengatakan, Dong Jingwei, Kepala Kontra Intelijen Kementerian
Keamanan Negara, diam-diam terbang dari Hong Kong ke AS pada 10 Februari.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Dia bepergian bersama
putrinya, Dong Yang.
Demikian laporan Spy Talk, yang dilansir NZ Herald, Senin (21/6/2021).
Desas-desus beredar bahwa
Jingwei telah menyampaikan informasi penting tentang teori bocornya virus Corona
SARS-Cov-2 penyebab Covid-19 dari sebuah laboratorium di Institut Virologi
Wuhan.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Teori itu sebenarnya telah
ditolak oleh banyak pakar selama 18 bulan terakhir, tetapi sekarang dihidupkan
kembali, terutama oleh para pejabat AS.
Jika rumor itu benar, Dong
Jingwei akan menjadi pembelot tingkat tertinggi yang pernah ada dari Republik
Rakyat China (RRC).
Buktinya bahkan mungkin telah
memicu sikap balik Presiden AS, Joe Biden, pada penyelidikan asal-usul pandemi
Covid-19 di negara itu.
Biden mengumumkan pada akhir
Mei tinjauan baru tentang asal-usul pandemi Covid-19, setelah menutup
penyelidikan sebelumnya.
Dia sekarang telah meminta
komunitas intelijen AS untuk menggandakan penyelidikannya guna mengetahui
apakah virus penyebab Covid-19 melompat dari inang hewan ke manusia, ataukah
tidak sengaja dilepaskan dari laboratorium penelitian Wuhan.
Dong Jingwei menjabat sebagai
Kepala Kontra Intelijen Kementerian Keamanan Negara China, atau dikenal sebagai
Guoanbu.
Data rahasia intelijen yang
dimilikinya dilaporkan mencakup studi patogen awal virus, model prediksi
penyebaran dan kerusakan akibat Covid-19 di dunia, serta catatan keuangan yang
merinci organisasi dan pemerintah mana yang mendanai penelitian tersebut.
Dia kemungkinan juga memiliki
informasi tentang nama mata-mata China yang bekerja di AS, dan bagaimana
pemerintah China memperoleh akses ke sistem komunikasi CIA.
Mantan pejabat kementerian
luar negeri China, Dr Han Lianchao, yang membelot setelah pembantaian Lapangan
Tiananmen pada tahun 1989, menulis dalam sebuah tweet minggu ini bahwa jika benar, pembelotan Dong Jingwei
"benar-benar sebuah bom besar".
Dia juga dilaporkan
membagikan foto Dong Jingwei, mengklaim bahwa dia terakhir terlihat di depan
umum pada September 2020.
Foto tersebut telah dihapus
dari mesin pencari China, Baidu.
Dengan meningkatnya
ketegangan antara AS dan China, beberapa rumor palsu baru-baru ini muncul
tentang pembelot, termasuk klaim palsu ilmuwan Covid-19, Shi Zhengli, telah
bertukar pihak.
Juga menambah intrik adalah
laporan dari China bahwa Dong Jingwei menjadi tuan rumah pertemuan keamanan
nasional pada 18 Juni yang bertujuan untuk menangkap "mata-mata dan
pengkhianat".
Namun, foto meyakinkan
dirinya pada pertemuan tersebut belum muncul, memicu keraguan bahwa dia pernah
menghadiri acara tersebut.
Laporan media lokal di China
benar-benar telah memicu rumor bahkan lebih, di mana foto dari pertemuan
keamanan yang diduga menunjukkan seorang pria yang banyak orang percaya
sebenarnya bukan Dong Jingwei.
"Itu bukan foto Dong
Jingwei," tulis salah satu pengguna Twitter.
"Jika Dong Jingwei tidak
membelot, mengapa Beijing tidak memamerkannya di depan umum?" tulis
pengguna Twitter lainnya.
"Karena tidak seorang
pun, bahkan kepala kontra intelijen MSS, dapat berada di dua tempat (apalagi
dua benua) pada saat yang sama... seseorang berbohong," imbuh pengguna Twitter yang lain.
Laporan tentang dugaan
pembelotan Dong Jingwei muncul ketika kepala Organisasi Kesehatan Dunia, Dr
Tedros Adhanom Ghebreyesus, menolak untuk mengesampingkan teori kebocoran
laboratorium Wuhan di KTT G-7.
Dia meminta China untuk lebih
transparan.
Tedros mengatakan bahwa
sejauh ini 3,75 juta orang di seluruh dunia telah meninggal karena virus dan
setidaknya 174 juta dipastikan telah tertular penyakit tersebut.
"Saya pikir rasa hormat
yang pantas diterima orang-orang ini adalah mengetahui apa asal mula virus ini
sehingga kita dapat mencegahnya terjadi lagi," katanya. [dhn]