WahanaNews.co | Rusia memang kini sedang menjadi sorotan akibat keputusannya.
Sebelumnya diketahui Rusia akan melakukan invasi ke Ukraina.
Baca Juga:
Lithuania Bikin Rusia Emosi, Perang Dunia Kian Dekat
Bahkan Ukraina sampai mengatakan pihaknya sudah siap berperang dengan pasukan Putin di tengah konflik tersebut.
Tak hanya dipusingkan dengan masalah Ukraina, Rusia kini juga sampai dipusingkan dengan NATO.
Rusia mengatakan pada Senin (13/12/2021) bahwa pihaknya mungkin terpaksa akan mengerahkan rudal nuklir jarak menengah di Eropa.
Baca Juga:
PBB Desak Rusia Akhiri Perang di Ukraina
Rencana tindakan ini sebagai tanggapan atas apa yang dilihat Rusia sebagai rencana Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melakukan hal yang sama.
Peringatan dari Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, tersebut meningkatkan risiko penumpukan senjata baru di benua itu.
Ini bisa menjadi ketegangan Timur-Barat yang terburuk sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.
Ryabkov mengatakan, Rusia akan dipaksa untuk bertindak jika Barat menolak untuk bergabung dengannya dalam moratorium kekuatan nuklir jarak menengah (INF) di Eropa.
INF merupakan bagian dari paket jaminan keamanan yang tengah diupayakan untuk meredakan krisis di Ukraina.
Ryabkov mengatakan kepada kantor berita Rusia, RIA, kurangnya kemajuan menuju solusi politik dan diplomatik akan membuat Rusia menanggapi dengan cara militer, dengan teknologi militer.
“Artinya, ini akan menjadi konfrontasi, ini akan menjadi putaran berikutnya,” katanya, seperti dikutip Reuters, Selasa (14/12/2021).
Senjata nuklir jarak menengah yang memiliki jangkauan 500 hingga 5.500 km (310 hingga 3.400 mil) dilarang di Eropa berdasarkan perjanjian 1987 antara pemimpin Soviet saat itu, Mikhail Gorbachev, dan Presiden AS, Ronald Reagan.
Kebijakan tersebut telah dipuji sebagai pelonggaran besar atas ketegangan Perang Dingin.
Pada tahun 1991, kedua belah pihak telah menghancurkan hampir 2.700 senjata nuklir mereka.
Namun, Washington menarik diri dari pakta tersebut pada 2019 setelah mengeluh selama bertahun-tahun atas dugaan pelanggaran seputar pengembangan rudal jelajah yang diluncurkan Rusia.
Moskow menyebut rudal itu sebagai 9M729 dan NATO menyebutnya sebagai "Screwdriver” atau “Obeng”.
Sementara itu, pakar kebijakan luar negeri Rusia dan kontrol senjata di Universitas Innsbruck di Austria, Gerhard Mangott, memandang jika NATO benar bahwa Rusia telah menerapkan sistem ini di bagian Eropa negara itu, di sebelah barat Pegunungan Ural, maka ancaman Ryabkov adalah ancaman kosong.
Tetapi jika penolakan Rusia itu benar, maka peringatan Moskow adalah sinyal terakhir kepada NATO bahwa mereka harus mengadakan pembicaraan dengan Rusia tentang perjanjian pembekuan-pembekuan.
"Jika NATO tetap pada posisi untuk tidak bernegosiasi tentang kesepakatan, maka kita pasti akan melihat Rusia mengerahkan rudal Obeng di perbatasan paling baratnya," Gerhard Mangott. [dhn]