WahanaNews.co | Buntut dari kekacauan yang terjadi di wilayah negaranya, Iran memecat dua kepala polisi di kota Zahedan.
Menurut media pemerintah, terdapat dua pejabat senior polisi di tenggara kota Zahedan yang dipecat pada Jumat (28/10) waktu setempat, atau empat minggu usai bentrokan yang menewaskan puluhan orang, termasuk petugas.
Baca Juga:
Misteri Kematian Haniyeh: Dari Spyware di WhatsApp hingga Serangan Drone
Dalam pernyataan kantor berita negara IRNA, mereka yang dipecat oleh pihak dewan adalah kepala polisi Kota Zahedan dan kepala kantor polisi distrik di kota itu.
Sebagai informasi, Zahedan adalah ibu kota provinsi Sistan-Baluchistan.
Kekacauan yang meletus pada 30 September lalu itu dilatarbelakangi kerusuhan berskala nasional pada 16 September tentang kematian Mahsa Amini.
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Berdasarkan laporan itu, kekacauan bermula usai salat Jumat di Zahedan. Lebih dari 150 orang menyerbu sebuah kantor polisi yang terletak di dekat masjid dengan tujuan menguasainya.
Beberapa dari mereka bersenjata. Sementara massanya melemparkan batu. Petugas keamanan pun merespons dengan gas air mata.
Dewan keamanan provinsi Sistan-Baluchistan mengatakan pihaknya telah menyelesaikan penyelidikan atas kerusuhan atas permintaan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, pada Jumat (28/10).
Melansir AFP, dewan telah mengakui 'kelalaian beberapa petugas' dan menjanjikan kompensasi bagi keluarga korban yang tidak bersalah. Tak hanya itu, pihaknya juga bakal memproses hukum pihak-pihak yang terlibat.
"Sejumlah orang bersenjata tewas dan enam anggota pasukan keamanan mati syahid sebagai akibatnya," demikian pernyataan tersebut.
Data resmi menyebut 35 warga sipil tewas, termasuk yang sedang berdoa di dalam masjid.
Sementara kelompok hak asasi manusia yang berbasis di luar Iran melaporkan sedikitnya 93 orang menjadi korban tewas di Sistan-Baluchistan.
Diberitakan sebelumnya, terdapat ribuan orang mengikuti unjuk rasa di Iran untuk memperingati 40 hari kematian Mahsa Amini pada Rabu (26/10) waktu setempat. Massa mendatangi makam perempuan muda itu di kota wilayah warga Kurdi, Saqqez, Iran.
Aksi ini berujung bentrokan massa. Serta, dilaporkan tak ada korban tewas dalam bentrokan tersebut.
Selain itu, terjadi juga insiden yang menyebabkan 15 orang tewas dan 10 lainnya terluka dalam insiden yang diduga merupakan serangan teroris di situs peribadatan umat Syiah Shahcheragh di Shiraz, Iran selatan.
Kendati demikian, hubungan antar serangan itu dengan aksi unjuk rasa masih sumir. [tum]