WahanaNews.co | China gempar ketika seorang pria membentangkan spanduk berisi protes terhadap Presiden Xi Jinping di jembatan di Beijing.
Keberanian pria yang kemudian dijuluki "Manusia Jembatan" itu menjalar ke warga China lain, terutama anak muda.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Para generasi muda itu lantas menggencarkan "revolusi toilet". Mereka mencoret pintu bilik toilet dengan slogan-slogan anti-pemerintah.
Lantas, siapa sebenarnya Manusia Jembatan ini?
Hingga saat ini, identitas pasti pria itu belum diketahui. Ia hanya dikenal dengan julukan Manusia Jembatan.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Manusia Jembatan itu menarik perhatian pekan lalu, ketika ia membentangkan spanduk berisi slogan anti-rezim Xi Jinping di Jembatan Sitong, di dekat Universitas Haidan, Beijing.
Memakai baju pekerja konstruksi berwarna jingga, ia dengan santai melenggang di atas jembatan. Namun kemudian, ia membentangkan dua kain putih besar dengan coretan berwarna merah.
"Berdemonstrasilah di sekolah dan tempat kerja. Gulingkan diktator dan pengkhianat Xi Jinping! Kami mau makan. Kami mau kebebasan. Kami mau memilih!" demikian tulisan di salah satu spanduk tersebut.
Di satu spanduk lainnya, terpampang slogan untuk menolak kebijakan nol-Covid dan lockdown ketat yang diterapkan pemerintah China selama pandemi melanda.
The Washington Post melaporkan bahwa untuk menarik perhatian, ia juga membakar ban di dekat tulisan itu dibentangkan, membuat asap hitam membubung tinggi di udara.
Meski singkat, aksi pria itu membawa dampak sangat besar. Di era media sosial, pesan pria itu dapat tersebar cepat dan luas hanya dalam waktu singkat melalui unggahan-unggahan yang akhirnya viral.
Pemerintah memang dengan sigap menghapus segala konten mengenai protes itu. Namun, pesan sudah terlanjur tersebar, bahkan hingga ke luar negeri.
Di berbagai kampus di mancanegara, seperti Inggris dan Amerika Serikat, para mahasiswa China menggelar aksi untuk menunjukkan dukungan terhadap sang Manusia Jembatan.
Di China, warga juga memenuhi jejaring sosial dengan unggahan mengenai Manusia Jembatan dan tagar-tagar pendukungnya.
Meski tahu pemerintah akan langsung menghapus unggahan itu, mereka tak hilang akal. Para anak muda mulai mencoret pintu di bilik toilet.
Mereka paham betul, pemerintah tak akan bisa memasang pemantau di dalam bilik toilet. Dengan cepat, gerakan itu menjalar ke berbagai daerah.
Seorang mahasiswa senior di timur China, Raven Wu, bercerita kepada CNN bahwa ia ikut serta dalam revolusi toilet itu.
Wu mencoret pintu toilet sekolah dengan berbagai slogan anti-pemerintah, seperti "Kebebasan, bukan lockdown", "Kehormatan, bukan kebohongan", "Reformasi, bukan regresi", hingga "Pemilu, bukan kediktatoran."
Di bawah slogan-slogan itu, Wu menggambar kepala Winnie the Pooh, tokoh kartun yang kerap disebut mirip dengan Xi. Di atas gambar itu, Wu menggambar garis coreta, tanda penolakan terhadap Xi.
"Saya merasa kebebasan yang sudah lama hilang ketika menggambar itu. Di negara dengan kebudayaan ekstrem dan sensor politik ini, tak ada ekspresi politik diperbolehkan," ujar Wu.
Ia kemudian berkata, "Saya merasa puas karena untuk pertama kalinya dalam hidup saya sebagai warga China, saya melakukan hal yang benar untuk rakyat."
Tak hanya Wu, seorang pemuda yang baru saja lulus kuliah, Chen Qiang, juga tergerak ketika melihat coretan di salah satu toilet di barat daya China beberapa waktu lalu.
Jika Wu menggunakan bahasa Inggris, Chen memilih memakai Mandarin agar pesan yang ia tulis lebih meresap ke warga-warga China.
"Saya tak suka Partai Komunis. Saya menyimpan rasa untuk China, tapi bukan pemerintahnya," ucap Chen.
"Karena sensor dan pemantauan ketat, rakyat hanya bisa menyuarakan opini politik dengan menulis slogan di tempat-tempat seperti toilet. Sedih karena kita ditekan hingga seperti ini."
Sementara itu, Wu menganggap revolusi toilet ini justru menunjukkan kekuatan warga yang sudah lama terkekang.
"Bahkan di tempat sempit seperti toilet, selama kita punya hati revolusioner, kita dapat berkontribusi," katanya.[zbr]