WahanaNews.co | Pengamat militer dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Gilang Kembara menanggapi ketegangan yang terjadi di perbatasan Ukraina-Rusia, seiring dengan invasi pasukan NATO.
“Tetapi kita tidak tahu intensitasnya seperti apa, walaupun tentu saja kita tidak ingin intensitas tinggi, bisa juga pertikaian di ranah cyber, dan sebagainya,” uajrnya, Sabtu (12/2/2022).
Baca Juga:
Klaim NATO tentang Bantuan Militer Iran ke Rusia di Ukraina Tak Berdasar dan Bermotif Politik
Ia berharap ada keputusan diplomatis yang bisa mencegah konflik berkepanjangan. Kendati demikian, ia tidak menampik sulitnya mencari penengah.
“Sulit mencari penengah yang tidak punya kepentingan dalam satu konflik,” ucapnya.
Menurut Gilang, Rusia dan Ukraina memiliki kepentingannya masing-masing. Ukraina menganggap negaranya punya kedaulatan penuh menentukan masa depan, terlebih setelah presiden mundur pada 2014.
Baca Juga:
Terpilih Jadi Sekjen NATO, Ini Profil Perdana Menteri Belanda Mark Rutte
“Ukraina mengejar ke arah Eropa, sementara Rusia tidak bisa terima karena Rusia ingin terus bersama membangun masa depan,” tuturnya.
Gilang juga memandang kebijakan Amerika Serikat melalui pengiriman pasukan NATO ke perbatasan Ukraina sebagai upaya pencegahan. Tujuannya, agar prediksi serangan dari Rusia tidak terjadi.
Oleh karena itu, publikasi masuknya pasukan asing juga bertujuan memberitahukan kepada publik dalam skala besar. Kemungkinan terjadinya konflik-terbuka juga tidak menguntungkan bagi Eropa. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.