WahanaNews.co | Cuaca panas ekstrem yang ‘memanggang’ Eropa membuat permukaan air di sungai Rhine Jerman surut dan terancam jadi daratan.
Institut Hidrologi melihat di beberapa daerah di sepanjang sungai hanya mencatat pembacaan 38 sentimeter dari dasar sungai.
Baca Juga:
Bukan Heatwave, BMKG Ungkap Pemicu Utama Naiknya Suhu Udara di Tanah Air
Anadolu Agency melaporkan ketinggian air diperkirakan akan terus menurun hingga awal minggu depan dan dapat mempengaruhi layanan transportasi untuk industri dan sektor swasta di sungai.
Pejabat Institut Hidrologi Bastian Klein mengatakan ketinggian air bisa turun hingga 30 sentimeter pada minggu depan dan mengganggu layanan tongkang.
Sungai Rhine memainkan peran penting bagi sektor industri.
Baca Juga:
BMKG: Aceh Masuki Musim Kemarau, Masyarakat Diimbau Waspada Karhutla
Jasa tongkang digunakan untuk mengangkut batubara dan solar dari pelabuhan ke industri dan kilang, tetapi karena tingkat air yang rendah, tongkang hanya dapat mengangkut seperempat hingga setengah dari kapasitasnya.
Artinya, dibutuhkan tiga hingga empat tongkang untuk memindahkan barang yang biasanya dapat diangkut oleh satu tongkang.
Menurut laporan media, biaya pengiriman telah meningkat hampir lima kali lipat.
Ketinggian air di sungai Rhine di Jerman terus menurun. Kedalaman rata-rata sungai pada musim ini biasanya sekitar 2 meter, tetapi di beberapa tempat tinggi air turun sampai kurang dari 1 meter.
Di salah satu bagian sungai yang sempit, dekat Kota Koblenz, ketinggian air pada awal Agustus hanya 56 sentimeter. Orang bisa menyeberang sungai tanpa harus berenang.
Sungai Rhine adalah salah satu jalur air tersibuk di dunia, dan rendahnya permukaan air berarti pembatasan ketat untuk kapal-kapal pengangkut barang. Untuk bisa dilalui dengan aman, kedalaman air minimal harus 1,5 meter.
Kelambatan transportasi barang komoditi juga turut memicu kenaikan harga. Jika ketinggian air tidak segera naik, kapal-kapal besar bahkan tidak akan bisa lewat sama sekali. [qnt]