WahanaNews.co | Selama demonstrasi protes kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Peru per Rabu (6/4/2022), pejabat Peru melaporkan setidaknya lima orang tewas.
Kenaikan harga BBM disebut sebagai salah satu imbas perang yang berkecamuk di Ukraina.
Baca Juga:
GMNI Demo Kejari Gunungsitoli Terkait Kasus Defisit Rp84 Miliar, Minta Segera Ditetapkan Tersangka
Kementerian Dalam Negeri Peru menyatakan seorang laki-laki 25 tahun tewas saat demonstrasi berlangsung. Polisi mengatakan akan mengusut kematian pria tersebut.
Sementara itu, perwakilan Persatuan Buruh Tani di kota Ica, mengatakan ia tewas saat bentrok dengan polisi.
Protes besar di Peru terjadi karena kenaikan harga bahan bakar dan pupuk imbas serangkaian sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia, termasuk dalam sektor energi.
Baca Juga:
10 Pelaku Penyerangan Diskusi Forum Tanah Air di Kemang Dalam Pengejaran Polisi
Sementara itu, Peru merupakan salah satu importir minyak dari Rusia.
Dikutip Reuters, pejabat Peru juga tengah berjuang untuk membuka jalan raya utama yang diblokir demonstrasi guna memasok makanan ke kota-kota terbesar di negara itu.
Menyusul protes yang terjadi, beredar kabar oposisi menuntut Presiden Pedro Castillo mundur dari kursi kekuasaan. Namun laporan ini dibantah oleh Castillo sendiri.
Pemerintahan Castillo juga mengerahkan pasukan militer untuk membantu mengamankan dan menertibkan jalan raya hingga bulan depan.
Jam malam di ibu kota Peru, Lima, pun diberlakukan pihak berwenang demi meredam protes.
Protes kenaikan bahan bakar ini terjadi meski pemerintah sebelumnya telah memangkas pajak terhadap bahan bakar, menaikkan upah minimum, dan mengusulkan pembebasan barang-barang makanan utama dari pajak penjualan.
Namun, posisi Castillo tetap terdesak semenjak kenaikan BBM dan pupuk ditetapkan. Popularitas dia sebagai pemimpin bahkan anjlok hingga hanya 19 persen, terendah sejak menjabat sebagai presiden. [tum]