WAHANANEWS.CO, Jakarta - Suasana Natal tahun ini terasa muram di Betlehem, kota kelahiran Yesus. Tak ada pohon Natal atau dekorasi menghiasi Gereja Kelahiran di Tepi Barat yang diduduki Israel pada Selasa (24/12/2024).
Bagi sebagian orang seperti Hisham Makhoul, warga Yerusalem, Natal di Betlehem menjadi pelarian sejenak dari perang Israel-Hamas yang sudah berlangsung lebih dari 14 bulan.
Baca Juga:
Kolaborasi Dengan TNI, Personel Polsek Sorkam Lakukan Pengamanan Ibadah Perayaan Natal
"Apa yang kami alami sangat sulit, dan ini hanya pelarian sesaat, mungkin untuk beberapa hari," ungkap Makhoul.
Di pusat kota, paduan suara anak-anak menyanyikan lagu Natal, memecah kesunyian jalanan.
Namun, pesan-pesan mereka penuh kepedihan: "Kami ingin hidup, bukan mati" dan "Hentikan genosida Gaza sekarang!"
Baca Juga:
Jadi Ikon Natal, Inilah Pesona 10 Gereja Tertua Indonesia
Untuk tahun kedua berturut-turut, Natal di Betlehem dibayangi perang.
Pohon Natal yang biasanya berdiri megah di Manger Square ditiadakan sebagai bentuk penghormatan kepada penderitaan rakyat Gaza.
Wali Kota Betlehem, Anton Salman, berharap doa-doa Natal dapat membawa kedamaian.
"Kami berdoa agar Tuhan mengakhiri penderitaan dan membawa damai seperti yang Yesus bawa ke dunia," ujarnya.
Namun, pos pemeriksaan Israel dan penghalang jalan baru membuat warga Palestina semakin sulit mengunjungi Betlehem, sementara turis asing juga berhenti datang.
"Ekonomi kami sangat bergantung pada pariwisata, dan sekarang banyak keluarga kehilangan mata pencaharian," kata Souad Handal, seorang pemandu wisata.
Betlehem yang biasanya dipenuhi kemeriahan Natal kini tampak sunyi.
Perayaan terbatas hanya pada kegiatan keagamaan, tanpa parade atau keramaian di jalan-jalan.
"Betlehem begitu istimewa saat Natal, tetapi sekarang terasa sangat berbeda," tambah Souad dengan penuh harap.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]