WAHANANEWS.CO, Jakarta - Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat pernyataan kontroversial dengan berseloroh bahwa dirinya ingin menggantikan posisi Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus kepala negara Vatikan.
Pernyataan itu disampaikan Trump dalam sesi wawancara santai bersama sejumlah jurnalis.
Baca Juga:
Pertaruhan Strategis Arab Saudi: Antara F-35A Amerika dan Jet Tempur China
Ketika ditanya mengenai siapa yang ia harapkan menjadi Paus Katolik berikutnya, Trump memberikan jawaban mengejutkan.
Ia mengatakan, "Saya ingin menjadi Paus. Itu akan menjadi pilihan nomor satu saya," ujarnya sambil tertawa, sebagaimana dilansir oleh Reuters.
Meski demikian, Trump segera meralat ucapannya dan mengklarifikasi bahwa ia sebenarnya tidak memiliki kandidat favorit untuk posisi suci tersebut.
Baca Juga:
Akhiri Era Kontroversial di Pemerintahan Trump, Elon Musk Umumkan Mundur Bertahap dari DOGE
"Saya harus katakan bahwa kami memiliki seorang kardinal dari tempat bernama New York, dan dia adalah orang yang sangat baik. Jadi kita lihat saja bagaimana perkembangannya nanti," tutur Trump.
Sosok yang dimaksud oleh Trump adalah Kardinal Timothy Dolan, pemimpin Keuskupan Agung New York.
Namun, hingga saat ini Dolan belum termasuk dalam daftar kandidat kuat yang disebut-sebut akan menggantikan Paus Fransiskus.
Sebaliknya, nama yang mulai mencuat dalam bursa calon paus berasal dari negara bagian lain di Amerika Serikat, yakni Kardinal Joseph Tobin dari New Jersey.
Namanya mulai ramai dibicarakan sebagai salah satu calon potensial. Meski begitu, sejarah belum pernah mencatat adanya Paus yang berasal dari Amerika Serikat.
Trump dan istrinya, Melania, baru saja melakukan kunjungan ke Roma, Italia, pekan lalu. Mereka hadir dalam misa pemakaman Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April dalam usia 88 tahun.
Paus asal Argentina itu dikenal luas atas kepeduliannya terhadap kaum migran dan kemiskinan global.
Hubungan antara Trump dan mendiang Paus Fransiskus sendiri sempat memanas di masa lalu, terutama karena perbedaan pandangan terkait isu imigrasi.
Paus secara terbuka menyerukan belas kasih kepada para pengungsi, sedangkan Trump mengambil sikap keras dan berupaya mendeportasi migran dari wilayah Amerika Serikat.
Pemilihan Paus baru dijadwalkan akan berlangsung pada 7 Mei mendatang.
Sebanyak 135 kardinal dari berbagai belahan dunia akan berkumpul dalam sebuah konklaf tertutup dan penuh kerahasiaan di Vatikan untuk menentukan pemimpin baru Gereja Katolik global.
Hingga kini, belum ada kejelasan siapa yang akan terpilih menggantikan Paus Fransiskus.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]