WahanaNews.co | Di Tanah Air, istilah naturalisasi dipopulerkan Anies Baswedan saat kontestasi Pilgub DKI Jakarta pada 2017, sebagai proyek pengendali banjir.
Konsep naturalisasi sejatinya bukan barang baru. Sebagai contoh saja, Singapura telah lama mengadopsi naturalisasi untuk menata sungai sekaligus mengatasi banjir yang dulunya kerap menggenangi negara pulau bekas koloni Inggris itu.
Baca Juga:
Politeknik Transportasi SDP Palembang Mengadakan Diklat untuk Pelaku Transportasi Sungai dan Danau
Harus diakui, dalam perkara menata sungai untuk mengatasi banjir, Singapura bisa jadi parameter terbaiknya. Negara tetangga ini terbilang sukses dalam mengelola air, salah satunya lewat program naturalisasi.
Lewat program ABC Waters Programme, pada tahun 2006 pemerintah Singapura sukses menyulap Sungai Kallang di Bishan-Ang Mo Kio Park menjadi jauh lebih bersih, sekaligus sebagai sungai andalan pengendali banjir.
Dilansir pemberitaan Harian Kompas, proyek naturalisasi dikerjakan oleh Public Utilities Board. Pemerintah Singapura mengubah aliran Kali Kallang dari kanal beton, menjadi sungai yang meliuk alami dengan bantaran hijau.
Baca Juga:
Pencarian ABK Tugboat yang Terbakar di Sungai Barito Dihentikan Setelah Sepuluh Hari
Teknik dan perencanaannya begitu rumit, tak sekadar membersihkan dan menanami tepian sungai dengan tanaman produktif. Sekitar 10 tipe teknik bio-engineering diterapkan di sana. Percobaannya saja memakan 11 bulan, dengan menanami tanaman di bantaran sungai.
Tanaman di sana bukan hanya tanaman produktif, tetapi justru didominasi tanaman yang secara alami tumbuh di sekitar sungai.
Di bagian hulu terdapat biotope, yaitu sebidang tanaman yang sengaja dirancang sebagai penyaring polusi alami.
Dari sisi penanganan banjir, naturalisasi meningkatkan kemampuan bantaran menyerap luapan air dibandingkan tepian beton.
Namun, penanganan banjir tak hanya mengandalkan kemampuan resap tepian kali hasil naturalisasi.
Penataan sungai dan penataan bantaran dilakukan terpadu dengan sistem antisipasi banjir. Sungai terhubung dengan jaringan saluran air Singapura.
Terlihat pula sodetan-sodetan pendek di bantaran. Sodetan itu mengarah ke danau dan kolam-kolam penampung luapan air di dalam Bishan-Ang Mo Kio Park.
Batu-batu pemecah arus juga ditempatkan di aliran sungai, dilengkapi dengan sensor dan alarm tinggi air. Di banyak titik, ada papan peringatan.
Bersihkan pemukiman di bantaran kali
Memilih naturalisasi, itu artinya harus membersihkan semua bangunan yang tidak sesuai peruntukannya di bantaran kali.
Singapura telah melakukannya sejak tahun 1960-an. Sehingga saat naturalisasi sungai dilakukan, tak ada kontroversi sebagaimana di Jakarta.
Tak terlihat sungai di Singapura yang bantarannya terganggu permukiman yang melanggar aturan, baik di sungai yang dinormalisasi jadi kanal beton seperti di Fullerton Square maupun sungai yang dinaturalisasi jadi ekosistem alami seperti Sungai Kallang.
Sebelum era itu, sungai-sungai di Singapura tak ubahnya seperti bantaran kali di Jakarta yang kumuh dan dipenuhi dengan pemukiman penduduk yang membokongi aliran air.
Namun saat ini, tak ada lagi pemukiman kumuh di pinggiran sungai. Dari sumber sejarah, pada 1960, Pemerintah Singapura merintis program resettlement (penataan permukiman) dan memindahkan warga perkampungan ke hunian vertikal.
Mereka yang tinggal di tepian kali direlokasi pemerintah Singapura ke rumah susun.
Kini Alur Sungai Kallang meliuk-liuk alami berkilo-kilometer. Kawasan itu meriah oleh kehidupan tanaman dan satwa liar. Tak heran, banyak orang berburu foto di situ.
Ikan-ikan air tawar berenang bebas di air yang jernih. Biawak pun tak terlihat terancam berbagi ruang dengan manusia.
Sepanjang hari, seluruh taman yang dikelilingi gedung bertingkat itu juga dihibur kicauan burung dan nyanyian serangga.
Kembalinya sungai yang sehat dan alami menarik kedatangan satwa liar yang menghidupkan rutinitas kota.
Kedatangan satwa liar itu menunjukkan lingkungan sungai yang semakin sehat dan bersih sehingga bisa menopang kehidupan alami.
Warga Singapura pun gembira dengan hadirnya satwa liar alami itu. Kehidupan mereka dibagikan salah satunya dihalaman Facebook, Ottercity. [rna]