WAHANANEWS.CO, Jakarta - Gelombang panas ekstrem yang menerjang kawasan Eropa di awal musim panas tahun ini telah merenggut sedikitnya delapan nyawa.
Fenomena cuaca ekstrem tersebut menimbulkan berbagai dampak serius, seperti gangguan kesehatan, kebakaran hutan, hingga penghentian sementara operasional reaktor nuklir di Swiss.
Baca Juga:
Warga Gorontalo Utara Dihebohkan Fenomena Hujan Jelly
Pihak berwenang di Spanyol melaporkan kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Katalonia menelan dua korban jiwa.
Sementara itu, dua kematian lain akibat suhu ekstrem dilaporkan terjadi di daerah Extremadura dan Cordoba.
Di Prancis, dua warga dilaporkan meninggal dunia karena gelombang panas, dan sekitar 300 orang lainnya harus dirawat di rumah sakit.
Baca Juga:
BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem, 3 Bibit Siklon Tropis Aktif Kepung RI
Sedangkan di Italia, dua pria lanjut usia ditemukan meninggal di Pantai Sardinia setelah mengalami heatstroke.
Pemerintah Italia mengeluarkan status siaga di 18 kota besar sebagai respons terhadap kondisi cuaca ekstrem.
Di Jerman, suhu diprediksi menembus angka 40 derajat Celsius, menjadikannya hari terpanas tahun ini.
Menteri Kesehatan Prancis, Catherine Vautrin, menyampaikan keprihatinannya terhadap kelompok rentan.
"Saya benar-benar memikirkan kelompok lansia ini," ujarnya seperti dilansir Reuters, Kamis (3/7/2025).
Sejumlah destinasi wisata populer turut terdampak gelombang panas. Lantai atas Menara Eiffel di Paris harus ditutup sementara pada Selasa (1/7/2025), sedangkan objek wisata Atomium di Brussels kembali menghentikan operasional lebih awal untuk ketiga kalinya dalam sepekan sebagai langkah antisipasi.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]