WahanaNews.co | Rusia siap merespons secara proporsional jika negara-negara NATO mengerahkan kekuatan dan senjata serang di wilayah mereka.
Pernyataan tegas itu diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko pada Selasa (21/12/2021).
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
“Jika, misalnya, senjata serang muncul di wilayah negara-negara NATO yang dapat mencapai pusat komando kami dalam beberapa menit, maka kami akan dipaksa menciptakan situasi yang seimbang bagi mitra kami,” ungkap dia dalam wawancara dengan Rossiyskaya Gazeta, dilansir Sputnik.
Menurut dia, waktu bicara lunak dalam dialog dengan NATO telah berlalu, tetapi proposal Moskow tentang jaminan bukanlah ultimatum.
"Saya sama sekali tidak menganggap itu sebagai ultimatum. Usulan kami sangat bisa dimengerti. Waktu nada lunak dan keyakinan dalam kata-kata telah berlalu. Situasinya sangat serius sehingga menuntut langkah-langkah seperti itu, ketika percakapan mendasar diperlukan," papar dia.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
“Moskow mengambil sikap keras terhadap proposal keamanannya,” ungkap Grushko, mengomentari kemungkinan mengabaikan salah satu tuntutan yang diuraikan.
"Kami memiliki posisi yang sulit, tetapi pesan kami, seruan kami sangat jelas bagi Barat," tegas dia.
"Kami menantikan dialog substantif dengan Amerika Serikat. Kami telah membentuk tim, dan kami siap segera memulai percakapan terkait segera setelah Amerika siap untuk itu," tutur dia.
Menurut dia, Moskow menyerukan dimulainya kembali saluran komunikasi NATO-Rusia di sepanjang garis militer.
“Sekarang ada bahaya besar bahwa kontak di sepanjang garis militer telah terputus. Penarikan area pelatihan dari perbatasan kontak, kerja bersama untuk meningkatkan mekanisme untuk menghindari insiden militer yang tidak diinginkan, menetapkan jarak minimum yang diizinkan untuk pendekatan dengan kapal perang dan pesawat tempur. Semua ini membutuhkan untuk mengaktifkan kembali saluran di jalur militer,” ungkap dia.
“Jika negara-negara itu menginginkan de-eskalasi dengan memperkenalkan langkah-langkah yang akan membantu menangkis bahaya insiden militer dengan segala risikonya, maka perlu untuk melanjutkan saluran komunikasi di sepanjang jalur militer," pungkas diplomat itu. [qnt]