WAHANANEWS.CO - Pemerintah Iran mengecam keras serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel ke Lebanon bagian selatan. Dalam pernyataannya, Teheran menyebut aksi itu sebagai serangan “biadab” yang menewaskan warga sipil dan menargetkan posisi kelompok Hizbullah, sekutu dekat Iran di Lebanon.
Melalui pernyataan resmi yang dikutip AFP, Jumat (7/11/2025), Kementerian Luar Negeri Iran mendesak “Perserikatan Bangsa-Bangsa, komunitas internasional, dan negara-negara regional untuk mengkonfrontasi hasutan perang yang dilakukan rezim Zionis.” Pihaknya juga menyampaikan belasungkawa atas gugurnya warga Lebanon dalam serangan tersebut.
Baca Juga:
Israel Hantam Beirut, Gencatan Senjata di Ambang Kegagalan
Serangan itu terjadi setelah militer Israel pada Kamis (6/11/2025) mengumumkan telah menggempur sejumlah titik di Lebanon bagian selatan yang diklaim sebagai basis pertahanan Hizbullah. Tel Aviv menuduh kelompok bersenjata itu tengah berupaya membangun kembali kekuatan militernya setelah mengalami kerugian besar dalam bentrokan sebelumnya, termasuk kematian pemimpin mereka, Hassan Nasrallah, tahun lalu.
Militer Israel menyebut operasi udara kali ini dimaksudkan untuk mencegah Hizbullah mempersenjatai kembali pasukannya. Beberapa jam sebelum serangan diluncurkan, pihak Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi kepada penduduk di sejumlah wilayah, seperti Taybeh, Tayr Debba, Aita Al-Jabal, dan Zawtar al-Sharqiya di Lebanon bagian selatan.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya satu orang tewas akibat serangan udara Israel pada Kamis (6/11/2025) waktu setempat.
Baca Juga:
190 Markas Hizbullah Diserahkan, AS Desak Pelucutan Senjata Total
Serangan terbaru ini memicu kekhawatiran baru di kawasan, terutama karena Israel dan Lebanon sebenarnya telah menandatangani perjanjian gencatan senjata pada November 2024. Perjanjian itu dimaksudkan untuk mengakhiri lebih dari setahun pertempuran antara Tel Aviv dan Hizbullah.
Dalam beberapa bulan terakhir, militer Lebanon telah berupaya membersihkan area selatan negara itu dari posisi-posisi Hizbullah sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata. Namun, Israel tetap berdalih memiliki hak untuk menyerang setiap target Hizbullah yang dianggap mengancam keamanan negaranya.
Menanggapi serangan tersebut, Hizbullah menegaskan pihaknya tetap berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata, tetapi berhak melakukan perlawanan jika diserang. “Kami memiliki hak yang sah untuk melawan agresi Israel,” demikian pernyataan kelompok itu pada Kamis (6/11/2025).