Kementerian Luar Negeri Israel merespons dengan menyatakan penyesalan mendalam atas tragedi ini dan menegaskan bahwa militer mereka tengah melakukan penyelidikan.
“Israel tidak pernah menargetkan gereja atau tempat ibadah dan menyesalkan segala bentuk kerusakan yang terjadi pada tempat ibadah atau warga sipil yang tidak terlibat,” tulis pernyataan mereka di platform X.
Baca Juga:
Tarifnya Rp24 Juta per Rumah, Terungkap Skema Penghancuran Brutal Israel di Gaza
Namun, kecaman dari komunitas internasional terus mengalir. Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyebut serangan terhadap warga sipil di Gaza sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menyatakan bahwa serangan terhadap gereja tersebut merupakan serangan serius terhadap tempat ibadah umat Kristen.
Menurut data dari Patriarkat Latin, jumlah umat Kristen di Jalur Gaza hanya sekitar 1.000 orang dari total dua juta penduduk.
Baca Juga:
Air Mata dan Senyum: 50 Tahun Perjalanan Paroki ST. Pius X
Dari jumlah itu, hanya sekitar 135 orang yang beragama Katolik, selebihnya adalah Kristen Ortodoks.
Mendiang Paus Fransiskus, yang wafat pada 21 April lalu, dikenal sebagai tokoh yang vokal menyerukan perdamaian di Timur Tengah.
Dalam pesan Paskah terakhirnya, ia menyebut situasi kemanusiaan di Gaza sangat menyedihkan dan menyerukan agar perang segera dihentikan.