WahanaNews.co, Gaza - Ledakan dahsyat menghancurkan kamp Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza, pada Selasa, (31/10/2023) kemarin.
Sedikitnya 50 orang tewas dan 150 lainnya luka-luka dalam serangan Israel.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Warga Palestina berusaha mencari melalui reruntuhan bangunan untuk menemukan keluarga dan orang-orang terkasih mereka yang terkubur.
Dalam gambar video AFP, sedikitnya 47 jenazah ditemukan.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan puluhan orang lainnya mungkin terkubur di bawah reruntuhan.
Baca Juga:
Komandan Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon Utara
Warga Jabalia, Ragheb Aqal, menggambarkan serangan Israel sebagai gempa bumi.
Dia mengatakan rumah-rumah di kamp tersebut terkubur di bawah reruntuhan setelah serangan Israel.
"Saya pergi dan melihat kehancuran... rumah-rumah terkubur di bawah reruntuhan dan potongan-potongan tubuh serta banyak korban luka dan korban luka," kata pria berusia 41 tahun itu kepada AFP.
Mesir juga mengutuk serangan tidak manusiawi Israel terhadap permukiman.
Menghadapi serangan dahsyat ini, Mesir memutuskan untuk membuka perbatasan Rafah agar warga Palestina yang terluka dapat menerima perawatan medis.
Ini adalah pertama kalinya Kairo setuju untuk membuka jalur bagi warga sipil sejak awal konflik.
Sementara itu, Israel mengatakan serangan tersebut menyasar seorang komandan Hamas yang terkait dengan serangan 7 Oktober.
Hamas menolak klaim Israel bahwa serangan tersebut ditujukan untuk membunuh komandan Hamas .
Hamas menegaskan, komandannya tidak berada di Jabalia saat serangan terjadi.
"Kebohongan besar!" tulis Hamas di Telegram.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]