WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menyusul tewasnya seorang tentara Israel dalam serangan milisi Palestina, Hamas, Militer Israel melancarkan serangan udara mematikan pada Selasa (28/10/2025) malam, menewaskan lebih dari seratus orang.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 104 orang, termasuk lima orang di kamp pengungsi Bureij, empat orang di lingkungan Sabra, Kota Gaza, dan lima orang di dalam mobil di Khan Younis.
Baca Juga:
Usai Serangan Israel di Doha Trump Temui PM Qatar, Bahas Ini
Militer Israel menyatakan pada Rabu bahwa mereka akan tetap mematuhi perjanjian gencatan senjata yang dimulai sejak 10 Oktober, namun akan merespons dengan tegas "setiap pelanggaran".
Militer Israel mengeklaim serangan udara itu dilancarkan setelah militan Palestina membunuh satu tentara Israel, dalam serangan terhadap pasukan yang ditempatkan di dalam garis yang disebut "garis kuning" (yellow line), batas pengerahan yang disepakati dalam gencatan senjata.
Hamas sendiri membantah melakukan serangan terhadap pasukan Israel di Rafah, Gaza selatan, dan dalam pernyataannya, Hamas menegaskan tetap berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata.
Baca Juga:
Sidang Majelis Umum PBB di New York, Prabowo Dipastikan Sampaikan Pidato
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump, yang mendukung kesepakatan tersebut, bersikeras bahwa gencatan senjata, yang juga diprakarsai dan didukung AS itu tidak berisiko
"Setahu saya, mereka menghabisi seorang tentara Israel," kata Trump kepada wartawan di atas Air Force One. "Jadi Israel membalas dan mereka harus membalas. Ketika itu terjadi, mereka harus membalas," tambahnya.
Trump juga memberikan peringatan keras kepada Hamas. Ia menyebut jika kelompok itu main-main dengan Israel, Tel Aviv akan kembali berupaya menghabisi mereka.