WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah iring-iringan diplomat asing yang sedang berkunjung ke wilayah pendudukan Tepi Barat pada Rabu (21/5/2025).
Insiden ini memicu kecaman luas dari berbagai negara dan lembaga internasional.
Baca Juga:
Hampir Seluruh Rumah Sakit Gaza Runtuh, WHO: Sistem Kesehatan di Titik Kritis
Militer Israel berdalih bahwa tembakan itu hanya bersifat “peringatan”, meskipun kemudian menyatakan penyesalan atas kejadian tersebut.
Namun, Otoritas Palestina (PA) menuding Israel sengaja menargetkan delegasi asing di dekat Kota Jenin, wilayah yang selama ini menjadi pusat konflik sengit.
Video yang direkam kantor berita AFP memperlihatkan para diplomat dan jurnalis berhamburan mencari perlindungan saat suara tembakan terdengar.
Baca Juga:
Setelah Tiga Bulan Terblokade, PBB Salurkan 90 Truk Bantuan ke Gaza
Seorang diplomat Eropa menjelaskan bahwa rombongan tersebut mengunjungi daerah itu untuk meninjau kerusakan akibat operasi militer Israel sejak pecahnya perang Gaza pada Oktober 2023.
Militer Israel mengklaim bahwa rombongan itu telah keluar dari jalur yang disetujui dan memasuki zona terlarang, sehingga mereka melepaskan tembakan peringatan untuk mengusir konvoi.
Juru Bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyatakan bahwa serangan terhadap para diplomat adalah hal yang tidak bisa diterima.
“Diplomat yang sedang bertugas tidak boleh diserang dalam bentuk apa pun. Keselamatan mereka harus dijamin,” tegasnya.
Kemarahan Dunia Internasional
Insiden ini segera memicu kemarahan dari berbagai negara yang delegasinya turut dalam kunjungan tersebut.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mendesak agar Israel mengusut insiden ini dan meminta pertanggungjawaban terhadap pihak yang terlibat.
Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, dan Uruguay memanggil duta besar Israel atau menyatakan akan menyampaikan protes langsung.
Mesir mengutuk insiden tersebut sebagai pelanggaran norma diplomatik, sedangkan Turki menuntut penyelidikan segera dan akuntabilitas penuh.
Ahmad al-Deek, penasihat politik Kementerian Luar Negeri Palestina, menyebut tindakan Israel sebagai “tindakan sembrono” dan mengatakan bahwa insiden itu memperlihatkan secara langsung kepada para diplomat bagaimana kondisi rakyat Palestina.
Menurut kantor berita Palestina Wafa, rombongan tersebut mencakup perwakilan dari lebih 20 negara, termasuk Inggris, Prancis, China, Rusia, Turki, Mesir, dan Yordania.
Derita Gaza Memuncak
Insiden penembakan ini terjadi di tengah meningkatnya kemarahan dunia atas situasi kemanusiaan di Gaza.
Setelah dua bulan blokade, Israel baru pekan ini melonggarkan sebagian pembatasan bantuan.
Namun, serangan militer justru kembali meningkat, dengan janji Israel untuk terus menghancurkan Hamas sebagai respons atas serangan 7 Oktober 2023.
Tekanan internasional pun terus menguat. Uni Eropa sedang mengkaji ulang kerja sama dengan Israel.
Swedia mendorong pemberlakuan sanksi, Inggris menghentikan negosiasi perdagangan bebas, dan memanggil duta besar Israel.
Paus Leo XIV pun menyuarakan keprihatinan mendalam, menyebut kondisi di Gaza sebagai “mengkhawatirkan dan menyakitkan,” seraya menyerukan agar bantuan kemanusiaan segera masuk secara memadai.
Data terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret, sedikitnya 3.509 orang telah tewas, menjadikan total korban sejak perang meletus mencapai 53.655 jiwa.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]