WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah jeda usai gencatan senjata berdarah antara Iran dan Israel, dunia kembali dibuat terkejut.
China dilaporkan telah mengirim sistem pertahanan udara canggih ke Teheran, sebagai bagian dari kerja sama senyap antara dua kekuatan yang sama-sama berhadapan dengan tekanan Barat.
Baca Juga:
Ditusuk Pakai Gunting, Notaris Bogor Dibuang ke Citarum Setelah Dicekik 15 Menit
Rudal-rudal itu dibayar bukan dengan uang, melainkan dengan minyak Iran.
Informasi yang diperoleh Middle East Eye menyebut, pengiriman sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) dari Beijing ke Teheran terjadi hanya beberapa hari setelah gencatan senjata resmi diumumkan pada 24 Juni 2025.
Iran disebut tengah berpacu dengan waktu membangun ulang kemampuan pertahanan udaranya yang sempat dihancurkan oleh serangan udara Israel.
Baca Juga:
Tangani HAM dan Pembangunan, Gibran Bisa Berkantor di Papua
“Iran membayar sistem rudal ini dengan minyak mentah,” ungkap seorang pejabat Arab kepada MEE. Ia berbicara dalam kondisi anonim karena menyangkut informasi intelijen sensitif.
Kabar ini sontak membuat kalangan Barat waspada. Pemerintah Amerika Serikat disebut telah diberitahu mengenai langkah Iran tersebut, dan kini tengah mengamati dengan cermat dampaknya terhadap keseimbangan kekuatan di Timur Tengah.
Barat panik. Bukan hanya karena Iran mendapatkan kembali sistem pertahanannya, tetapi juga karena pola kerja sama “barter senjata dan energi” antara Teheran dan Beijing bisa menjadi preseden yang menggoyahkan sistem sanksi global.