Prancis tak terima pernyataan itu. Buntunya, duta besar
Prancis untuk Turki dipanggil kembali dari Ankara untuk berkonsultasi, dan akan
bertemu Macron untuk membahas situasi setelah pernyataan Erdogan.
Baca Juga:
Cerita CEO Telegram Pavel Durov Diduga Miliki Empat Paspor
"Komentar Presiden Erdogan tidak dapat diterima.
Perbuatan yang keterlaluan dan kekasaran bukanlah metode. Kami menuntut agar
Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal,"
kata pejabat itu seperti dilansir dari AFP, Minggu (25/10/2020).
Pejabat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya itu juga
mengatakan bahwa Prancis telah mencatat tidak adanya pesan belasungkawa dan
dukungan dari presiden Turki setelah pemenggalan kepala guru Samuel Paty yang
terjadi di luar Paris.
Pejabat itu juga menyatakan keprihatinan atas seruan oleh
Ankara untuk memboikot barang-barang Prancis.
Baca Juga:
Turut Meriahkan Pra Olimpiade Paris 2024, PLN Hadirkan Reog Ponorogo di Acara Exhibition Pencak Silat
Macron bulan ini menggambarkan Islam sebagai agama
"dalam krisis" di seluruh dunia dan mengatakan bahwa pemerintahannya
akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat
undang-undang 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.