WahanaNews.co | Secara resmi Pemerintah Jerman mengirim 14 tank Leopard 2 ke Ukraina. Kabar itu diumumkan juru bicara Steffen Hebestreit kepada wartawan pada Rabu (25/1/2023).
Pada Selasa, Kanselir Jerman Olaf Scholz berjanji Berlin akan mengirimkan kompi tank tempur utama Leopard 2 ke Ukraina.
Baca Juga:
Thomas Muller Resmi Pensiun dari Tim Nasional Jerman Setelah 14 Tahun Berkarier
"Pada hari Rabu, Kanselir Olaf Scholz mengumumkan di kabinet bahwa Jerman akan lebih meningkatkan dukungan militernya untuk Ukraina. Dia mengatakan pemerintah federal telah memutuskan menyediakan angkatan bersenjata Ukraina dengan tank tempur utama Leopard 2," papar Hebestreit.
Dia menjelaskan, “Keputusan itu dibuat menyusul negosiasi intensif yang diadakan dengan mitra terdekat Jerman di Eropa dan internasional.”
“Tujuannya adalah untuk segera meningkatkan dua batalyon tank dengan tank Leopard 2 untuk Ukraina. Pada tahap pertama, Jerman akan menyediakan kompi yang terdiri dari 14 tank Leopard 2 A6 dari stok Bundeswehr,” papar juru bicara itu.
Baca Juga:
Euro 2024: Slovenia vs Serbia Berakhir Imbang 1-1
“Mitra Eropa Jerman, pada gilirannya, juga akan menyerahkan tank Leopard 2 ke Ukraina,” ungkap pejabat itu.
Selain itu, paket bantuan baru Jerman akan mencakup amunisi, pemeliharaan sistem, dan bantuan logistik, menurut juru bicara tersebut.
Melansir Sindonews, Kedutaan Besar Rusia di Jerman bereaksi dengan memperingatkan, “Keputusan yang sangat berbahaya ini menggeser konflik Ukraina ke tingkat kebuntuan yang baru.”
“Pilihan Berlin untuk memasok tank ke Kiev berarti penolakan terakhir atas tanggung jawab sejarah Jerman kepada rakyat Rusia,” tegas Kedutaan Besar Rusia.
Para diplomat Rusia menambahkan, “Jerman dan sekutu dekatnya tidak tertarik dengan resolusi diplomatik krisis Ukraina dan mereka ingin meningkatkan ketegangan.”
Perkembangan tersebut terjadi setelah media Jerman mengutip sumber tanpa nama yang mengatakan Scholz telah memutuskan untuk mengirim satu kompi tank tempur utama Leopard 2 ke Ukraina setelah "perdebatan berbulan-bulan".
Washington dan sekutunya meningkatkan dukungan militer mereka untuk Kiev setelah Rusia memulai operasi militer khususnya di Ukraina pada 24 Februari 2022. Agresi Rusia dilancarkan setelah permintaan bantuan dari republik Donbass di Donetsk dan Luhansk.
Moskow mengutuk bantuan militer AS dan sekutunya ke Kiev, yang menurut Kremlin menambah perpanjangan konflik Ukraina.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memperingatkan tahun lalu bahwa setiap pengiriman senjata di wilayah Ukraina akan menjadi "target yang sah" bagi pasukan Rusia. [rna]