WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dunia Katolik tengah memasuki babak penting dalam sejarahnya setelah kepergian pemimpin tertingginya, Paus Fransiskus.
Duka mendalam dirasakan oleh umat Katolik di seluruh penjuru dunia sejak kabar wafatnya menyebar, dan kini perhatian global tertuju pada proses pemilihan penggantinya yang diprediksi akan membawa arah baru bagi Gereja Katolik.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Kritis Akibat Infeksi Paru, Akan Terus Bertahan atau Mundur?
Paus Fransiskus wafat pada Senin (21/4/2025) dalam usia 88 tahun. Umat Katolik dari berbagai belahan dunia menyampaikan doa dan penghormatan terakhir sebelum pemakaman dijadwalkan pada Sabtu (26/4/2025).
Setelah prosesi pemakaman, Vatikan akan memulai tahapan konklaf untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik.
Salah satu nama yang mengemuka sebagai calon kuat pengganti Paus Fransiskus adalah Kardinal Luis Antonio Tagle, tokoh gereja terkemuka dari Asia Tenggara, tepatnya Filipina.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Sentuh Hati Warga Jakarta dengan Berkat dan Rosario Suci
Dikenal akrab dengan panggilan “Chito,” mantan Uskup Agung Manila ini dianggap sebagai representasi kuat dari kawasan yang kini mengalami pertumbuhan umat Katolik paling pesat di dunia.
Profil dan Perjalanan Tagle di Dunia Gereja
Tagle memiliki rekam jejak panjang dan disegani dalam lingkup gereja internasional. Ia ditahbiskan sebagai imam sejak tahun 1982 dan memiliki pengalaman pastoral serta administratif yang luas.
Sebelum menjabat sebagai Uskup Agung Manila, ia lebih dahulu memimpin Keuskupan Imus. Kariernya mencapai puncak saat diangkat sebagai kardinal oleh Paus Benediktus XVI pada tahun 2012, menjadikannya salah satu kardinal termuda kala itu.
Dengan latar belakang etnis Tionghoa-Filipina dan penguasaan bahasa Inggris serta Italia -- dua bahasa penting dalam komunikasi Vatikan -- Tagle memiliki keunggulan diplomatik dan simbolik yang tidak bisa diabaikan.
Lebih jauh, ia kerap dilihat sebagai simbol harapan untuk memperluas jangkauan Gereja Katolik ke kawasan Asia, termasuk China yang selama ini sulit dijangkau oleh misi Katolik global.
Kandidat Progresif di Tengah Dinamika Konklaf
Dari sisi pandangan ideologis, Kardinal Tagle dikenal sebagai sosok progresif yang berpandangan terbuka dalam isu-isu sosial.
Ia bersimpati terhadap kelompok minoritas termasuk komunitas LGBTQ+, meski tetap menentang aborsi sebagai bagian dari ajaran Gereja.
Pandangan ini mencerminkan kesinambungan terhadap kebijakan reformasi sosial yang dijalankan oleh Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya.
Pemilihan paus baru akan dilakukan melalui konklaf tertutup, yang melibatkan 135 kardinal aktif dari total 252 kardinal yang ada saat ini.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 108 adalah kardinal yang ditunjuk langsung oleh Paus Fransiskus -- sebuah komposisi yang memberi keuntungan bagi para kandidat reformis seperti Tagle.
Walau Eropa masih mendominasi dengan sekitar 39 persen suara, dominasi itu telah menurun dibandingkan konklaf tahun 2013.
Kini, Asia dan Oseania menyumbang sekitar 20 persen suara, menjadikan kawasan ini sebagai kekuatan baru yang mulai diperhitungkan dalam proses pemilihan Paus.
Momentum Sejarah bagi Asia
Jika Kardinal Tagle berhasil terpilih, maka ia akan mencatat sejarah sebagai Paus pertama yang berasal dari Asia.
Selain menjadi titik balik bagi representasi global dalam kepemimpinan Gereja Katolik, pemilihannya juga akan memperkuat arah inklusif dan keterbukaan yang telah dirintis oleh Paus Fransiskus.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]