WahanaNews.co | Aktivis perempuan, Frozan Safi, tewas ditembak orang tak dikenal di Afghanistan. Ini adalah penembakan aktivis perempuan perdana di Afghanistan sejak Taliban berkuasa.
The Guardian melaporkan bahwa Safi sudah menghilang sejak 20 Oktober lalu. Aparat mengonfirmasi Safi tewas setelah mengidentifikasi jasadnya di kamar mayat Kota Mazar-i-Sharif.
Baca Juga:
Menyelisik Pola Pikir Pemimpin Taliban Usai 2 Tahun Kuasai Afghanistan
"Kami mengenalinya (Safi) dari pakaiannya. Peluru telah menghancurkan wajahnya. Banyak peluru di tubuhnya. Terlalu banyak untuk dihitung, di kepala, jantung, dada, ginjal, dan kaki" tutur saudara Safi, Rita, yang juga merupakan seorang dokter.
Ia juga mengatakan bahwa cincin pertunangan Safi dan tas perempuan itu telah diambil.
Rita kemudian bercerita bahwa Safi mulai menghilang pada akhir Oktober lalu. Saat itu, Safi menerima telepon dari nomor anonim yang memintanya mengumpulkan dokumen terkait pekerjaannya sebagai aktivis.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Menurut Rita, Safi juga dijanjikan akan mendapatkan tempat yang aman. Safi, yang kala itu tengah meminta perlindungan dari Jerman, percaya kabar itu dan memutuskan untuk pergi dari rumah.
"Kami tidak tahu siapa yang membunuhnya," ucap Rita.
Ayah Safi, Abdul Rahman Safi, mengatakan bahwa tubuh anaknya ditemukan di lubang yang tak jauh dari kota. Jasad anaknya sempat tak dikenali pihak rumah sakit.
Sementara itu, media lokal Afghanistan, Rukhshana, melaporkan bahwa pasukan keamanan Taliban membawa dua jasad perempuan lain ke Rumah Sakit Provinsi Balkh pada Kamis (4/11).
Seorang dokter di rumah sakit tujuan tersebut, Meraj Faroqi, kedua perempuan ini meninggal karena ditembak. Namun, Faroqi menyatakan sampai saat ini identitas kedua perempuan tadi masih belum diketahui.
Direktur Informasi dan Urusan Budaya Provinsi Balkh, Zabihullah Noorani, mengatakan bahwa kedua jasad perempuan tadi ditemukan bersama dengan dua jasad pria dalam satu rumah di Mazar-i-Sharif. Menurutnya, polisi tengah menyelidiki pembunuhan ini.
"Ini bisa jadi perseteruan pribadi," kata Noorani.
Pembunuhan ini membuat masyarakat Afghanistan semakin takut atas kekuasaan Taliban, mengingat sebelumnya beberapa orang yang berhubungan dengan pemerintah Afghanistan sempat dibunuh.
Sejak Taliban berkuasa, kelompok itu menjanjikan pemerintahan yang inklusif dan menjaga hak perempuan. Namun, sejumlah pihak menganggap janji itu hanya omongan belaka, mengingat Taliban masih saja membatasi perempuan, seperti tidak boleh bekerja dan sekolah.
Akibat pembatasan itu, beberapa perempuan memilih bergerak dan menggelar demo untuk menuntut kesetaraan di era pemerintahan Taliban. [qnt]