WahanaNews.co | Umat Kristen di Arab Saudi kini tak perlu lagi bersembunyi saat membeli pohon Natal. 'Kebebasan' ini berlaku menyusul pelonggaran yang diberikan kerajaan terhadap perayaan agama lain.
Umat Kristen di Saudi sebelumnya membeli pohon Natal di pasar lokal secara diam-diam. Rasa cemas juga biasanya mengelilingi warga yang membeli pohon Natal.
Baca Juga:
Berikut Jadwal Idul Adha di Arab dan Indonesia, Muhammadiyah Bilang Begini
Kini, Saudi mulai berubah. Warga asal Lebanon yang tinggal di negara itu, Alia Obaidi menyaksikan pohon Natal dipajang di tempat terbuka seperti mal di Riyadh hingga kafe-kafe lokal.
"Anda tak melihat pepohonan dengan segala hiasannya di ruang publik. Namun, Anda bisa melihat pohon yang dijual dengan dekorasi dalam kotak," kata Obaidi, seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (24/12).
Ia kemudian berujar, "Pesan yang disampaikan adalah aman mengakui Natal. Jadi, ini adalah perubahan besar."
Baca Juga:
Lebanon Minta Israel Tak Seret Negara-negara Arab ke Kancah Perang
Pengalaman serupa juga dirasakan Fadi Al-Shatri. Di tahun-tahun sebelumnya, ia dan keluarga harus pergi ke London, Inggris untuk merayakan Natal.
Namun, sekarang ia tak perlu terbang ke negara lain untuk bisa bersuka ria dalam Natal, termasuk membeli dan menghias pohon khas perayaan agama ini di rumah.
"Pohon ada di rumah keluarga [di Inggris], bahkan ada di rumah Saudi. Orang-orang boleh menikmati dan merayakan tradisi agama lain," ujar Al-Shatri.
Di Saudi, memperingati kelahiran Yesus atau perayaan agama selain Islam sudah lama menjadi subjek perdebatan.
Namun, sejak Mohammed bin Salman (MbS) menjadi putra mahkota, Natal di negara yang terkenal konservatif ini tak lagi tabu. Ia melakukan sederet gebrakan, termasuk merevisi aturan agama, sesuai Visi 2030.
Dalam Visi 2030, MbS mengizinkan perayaan agama, festival musik, dan festival lain. Pengamat menilai, berdasarkan visi tersebut, Saudi memang melonggarkan norma dan budaya demi ekonomi.
Namun, beberapa pihak menilai langkah itu sebagai cara pencucian reputasi. Para pejabat kerajaan segera membantah tudingan itu dan mengatakan bahwa perubahan memang diperlukan.
Momen Natal kali ini merupakan tahun ketiga umat Kristen di Saudi bisa merayakannya secara terbuka.
Meski belum ada pengumuman secara resmi, para pemilik toko tetap merasa aman menjual pohon Natal atau pernak-pernik lain selama tak ada reaksi negatif dari publik. Mereka umumnya lebih merasa takut pada kelompok yang masih punya pandangan konservatif.
"Ini tetap menjadi tempat yang sangat konservatif, bahkan di Riyadh," kata salah satu pemilik toko.
"Beberapa topi santa seharusnya tak masalah, tetapi saya rasa tak semua orang siap untuk semua hiasan," imbuh dia lagi. [rna]