WahanaNews.co | Perdana
Menteri sementara Lebanon Hassan Diab mengungkapkan saat ini negaranya
mendekati "ledakan sosial", di tengah krisis ekonomi yang semakin
parah.
Baca Juga:
Serangan Udara Israel Hancurkan Gedung Kampus Universitas Lebanon di Beirut
Hal itu diungkap Diab dalam pertemuan dengan para duta besar
dan diplomat pada Selasa, (6/7), kantor berita negara NNA melaporkan, dilansir
CNN.
"Lebanon tinggal beberapa hari lagi dari ledakan
sosial. Orang Lebanon menghadapi nasib kelam ini sendirian," kata Diab.
Diab mengimbau para pemimpin regional dan internasional
untuk membantu menyelamatkan Lebanon dari krisis yang telah membuat mata uang
kehilangan 90 persen dari nilainya dan meninggalkan 77 persen rumah tangga
tanpa cukup makanan, menurut PBB.
Baca Juga:
Roket Lebanon Hantam Israel, Harapan Damai Kian Meredup
Penduduk Lebanon sekarang menghabiskan berjam-jam dalam
antrean panjang di pom bensin untuk membeli bahan bakar. Mereka berjuang dengan
pemadaman listrik hingga 22 jam sehari dan kekurangan medis yang parah.
"Saya menyerukan kepada raja, pangeran, presiden dan
pemimpin negara sahabat kita, dan saya menyerukan PBB dan semua organisasi
internasional ... untuk membantu menyelamatkan Libanon dari kehancurannya,"
kata Diab kepada para duta besar.
Diab menjabat sebagai perdana menteri sementara setelah
ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020. Sejak itu, politisi sektarian yang
terpecah tidak dapat menyepakati pemerintahan baru.
Diab juga mengatakan hanya kabinet baru yang bisa memulai
kembali pembicaraan dengan IMF.
"Pemerintah ini tidak memiliki hak untuk melanjutkan
negosiasi dengan IMF untuk melaksanakan rencana pemulihan yang ditetapkan oleh
kabinet, karena ini memerlukan kewajiban pada pemerintah berikutnya yang
mungkin tidak akan disetujui," katanya, menurut Reuters.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa mengatakan kepada
para pemimpin Lebanon bulan lalu bahwa mereka harus disalahkan atas krisis
politik dan ekonomi. Beberapa pihak dapat menghadapi sanksi jika terus
menghalangi langkah-langkah untuk membentuk pemerintahan baru dan melaksanakan
reformasi.
Diab mencatat seruan berulang kali untuk bantuan agar
dikaitkan dengan reformasi, tetapi mengatakan "pengepungan yang
diberlakukan" di Lebanon tidak mempengaruhi para koruptor -sebuah
referensi yang jelas bagi para politisi.
Dia mengatakan orang Lebanon kehabisan kesabaran dan
"menghubungkan bantuan Lebanon dengan pembentukan pemerintahan baru telah
menjadi ancaman bagi kehidupan orang Lebanon dan entitas Lebanon." [dhn]